Ngaku Rakyat Biasa dari Desa, Jokowi Sebut Kemenangannya di Pilpres 2014 Kehendak Allah

Ngaku Rakyat Biasa dari Desa, Jokowi Sebut Kemenangannya di Pilpres 2014 Kehendak Allah
Presiden Jokowi didampingi Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (ketiga kanan) dan Mensesneg Pratikno (kelima kanan) berbincang dengan sejumlah ulama Kota Bogor, Kabupaten Bogor dan Kota Depok sebelum menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masj

RIAUSKY.COM - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan ia bisa memenangkan pemilihan presiden 2014 semata-mata karena takdir Tuhan. Menurutnya kemenangannya saat itu sejatinya tidak bisa diterima logika.

Jokowi mengklaim ia hanya rakyat biasa dari desa, bukan berasal dari kalangan elite partai politik. Selain itu, pada 2014 ia tidak memiliki dana yang besar untuk berkampanye.

"Logikanya gak masuk, logika politiknya gak masuk. Bukan ketua partai, gak punya logistik, bukan dari elite politik, bukan dari keturunan ningrat politik juga. Hanya dari kampung, hanya dari desa, ya (kemenangannya) karena kehendak Allah," katanya kepada puluhan ulama di Masjid Baitussalam, Kompleks Istana Bogor, Jawa Barat, Rabu, 21 November 2018 seperti dikutip dari Tempo.co.

Karena menyadari itu, kata Jokowi, ia menyebut bisa menjalani tugasnya sebagai presiden dengan biasa saja meski kerap mendapat serangan fitnah. 

"Saya sabar, sabar, sabar. Ya Allah sabar, tapi jawab (klarifikasi) seperti ini juga boleh kan," tuturnya.

Dalam dialog dengan ulama ini Jokowi menyempatkan mengklarifikasi sejumlah tudingan yang diarahkan kepada pemerintahan dan pribadinya. Isu yang ia klarifikasi mulai dari banjir tenaga kerja asing (TKA) hingga dianggap anggota Partai Komunis Indonesia (PKI). 
"Menjelang tahun politik seperti ini yang banyak memang isu-isu. Saya sudah empat tahun ini banyak isu, ada isu tapi saya tidak pernah menjawabnya. Tapi kali ini mumpung bertemu para ulama saya ingin sampaikan," katanya.

Soal tudingan Indonesia banjir TKA, khususnya dari Cina, Jokowi membantah. Ia menjelaskan jumlah TKA di Indonesia tidak mencapai satu persen dari total jumlah penduduk. Angka ini jauh lebih kecil dari ketimbang negara-negara lain di dunia.

Ia mencontohkan jumlah TKA di Uni Emirat Arab mencapai 83 persen, Arab Saudi 23 persen, dan Malaysia 5,4 persen. Sedangkan di Indonesia hanya 78 ribu TKA atau 0,03 persen dari total penduduk. 

"Jangan ada yang menyelewengkan jadi 10 juta, datanya dari mana. Kalau saya ini jelas data dari Imigrasi," ucapnya.

Menurut Jokowi lebih tepat disebut tenaga kerja Indonesia (TKI) yang membanjiri negara lain. Ia membandingkan TKA Cina di Indonesia hanya 24 ribu sementara itu TKI di Cina daratan mencapai 80 ribu. 

"Di Hong Kong, kan Cina juga, 160 ribu. Taiwan 200 ribu, kalau ditotal 440 ribu," ujarnya.

Dengan perbandingan itu, Jokowi menampik jika pemerintahannya dianggap antek asing. "Karena tenaga kerja kita lebih banyak di sana, justru orang di sana (Cina) antek Indonesia. Kalau mau dibolak-balik," kata dia.

Selain itu, Jokowi membantah jika pemerintahannya dianggap dikendalikan asing. Ia mengklaim justru di era kepemimpinannya banyak aset asing yang diambil alih. Jokowi mencontohkan seperti kepemilikan blok Mahakam, blok Rokan, dan saham mayoritas di PT Freeport Indonesia. (R03)

Listrik Indonesia

#Pilpres RI 2019

Index

Berita Lainnya

Index