Anies Buka Data Mengejutkan: Hingga Hari Ini, Ada 1.012 Pemakaman di DKI Jakarta Gunakan Protap Covid-19, ''Fakta Ini Tak Terlihat di Luar''

Anies Buka Data Mengejutkan: Hingga Hari Ini, Ada 1.012 Pemakaman di DKI Jakarta Gunakan Protap Covid-19, ''Fakta Ini Tak Terlihat di Luar''
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

JAKARTA (RIAUSKY.COM)- Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengungkapkan fakta mengejutkan tentang lonjakan signifikan proses pemakaman menggunakan Protap Covid-19.

Hanya dalam hitungan 1,5 bulan, jumlahnya meningkat signifikan dari 1 orang pada 6 maret, dan per hari ini melonjak menjadi 1.012.

''Kami di Jakarta menemukan fakta yang tidak terlihat di luar, case fatality yang rendah, atau tidak banyak. tapi rumah sakit-rumah sakit kita sudah minta pemprov untuk melakukan pemakaman dengan protap covid19,'' ungkap Anies saat melakukan telewicara pada acara Indonesia Lawyers Club di TVOne, Selasa (14/4/2020).

Dari data yang ada,(saya minta ditampilkan), disitu terlihat betapa di dalam 1,5 bulan ini, kita melihat peningkatan pelayanan pemulasaran dan pelayanan pemakaman menggunakan prosedur covid 19 yang tiap minggu angkanya meningkat.

''Tanggal 6 Maret ada 1, 15 Maret baru 6, tanggal 22 Maret menjadi 64, 29 Maret meningkat menjadi 283,  5 April menjadi 596, 12 april hari minggu kemarin menjadi 926, per hari ini, sudah 1012,'' sebut Anies.

Kita sangat keterbatasan testing, sehingga tidak bisa melakukan pengetesan atas itu semua. 

Tapi dokter dan rumah sakit meminta pada pemprov untuk menyelenggarakan pemulasaran dan pemakaman dengan menggunakan protap covid 19.

''Tentu mereka punya dasar untuk meminta itu. Kami menyaksikan di satu sisi peningkatan yang signifikan dalam satu minggu saja, bisa lebih 400 kasus sekarang,'' kata dia. 

Padahal bulan lalu baru 2, lalu lompat 5 ini sekarang makin cepat. 

Nah, kalau kita tidak bertindak dengan  tepat, bukan tidak mungkin apa yang kita saksikan di negeri-negeri lain itu  berulang di kita. Dan pertahanan terdepan dalam menghadapi covid ini adalah kita sendiri, bukan tenaga medis. 

Tenaga medis itu adalah pertahanan terakhir. 

''Kalau kita tidak berhasil melakukan pencegahan penularan, maka pasien akan meningkat, karena yang tertular bertambah. Karena pasein itu akan menjadi beban tenaga medis. Karena itulah, tenaga medis adalah pertahanan terakhir, kita pertahanan terdepan, dengan cara mengurangi interaksi,'' gugah Anies.

Mengurangi interaksi, sambung dia,  itulah kegiatan harian kita. ''Bagaimana yang Muslim mulai subuh sampai Isya tak ada interaksi di rumah ibadah, belum lagi yang di seni budaya, di pasar, yang memberi jasa dan yang membeli jasa tidak terjadi produksi terganggu,'' kata dia.

Delikian juga di bidang perekonomian ini terasa sekali, karena hajat hidup keseharian terganggu, khususnya saudara kita yang tidak mempunyai tabungan. Kami menyadari betul.

''Karena itulah, ketika arahnya adalah pembatasan, maka kami langsung menyiapkan program bantuan sosial, bantuan pokok untuk masyarakat miskin, rentan miskin atau membutuhkan, yang kehilangan pekerjaan, mereka semua membutuhkan dan itu semua didorong percepatannya. Apa yang dirasakan saudara-saudara kita itu sangat berat. Ini bukan persoalan ringan, ini persoalan berat,'' imbuhnya. 

Konsekwensinya, sebut Anies,  bukan soal kesehatan saja, tapi juga ekonomi dan sosial. 

Kita udah lihat dari Januari, Februari. Bulan Januari kita sudah dimintai informasi dari tim PORA yang meminta data tentang orang asing dan warga yang baru pulang dari luar negeri. 

Di jakarta, untuk mengatasi itu, mulai kamis kemarin kita langsung mulai. Memang tak selesai sehari, pasti butuh waktu. Ini waktu yang sikat, kita gunakan data yng ada dulu. Nanti kita koreksi dan kita tambahkan. Karena itulah, menggunakan paket mingguan, jadi mudah di koreksi. 

Yang amat dibutuhkan adalah kebutuhan pokok, diberikan mingguan, harapannya bisa menjaga ketersediaan kebutuhan masyarakat.

''Pilihan kita hanya melakukan ini dengan disiplin agar cepat selesai, atau kita longgar, lebih rileks, tapi makan waktu lama. Contohnya ada, Vietnam, Selandia Baru, mereka sangat disiplin, sangat ketat, tapi sekarang mereka sudah bisa  mengatakan kami sudah bebas. 
Atau bisa juga pilih  longgar, sebagian masih bekerja, sebagian masih beraktivitas, dan dampaknya dirasakan lebih panjang,'' tanya Anies.

''Kami merasa penderitaan yang harus dialami kita semua  jangan diperpanjang. Kita disiplinkan, kita tuntaskan cepat, supaya kita bisa bangkit kembali. Pekerjaan yang hilang, insya Allah bisa kita dapatkan kembali dan mudah-mudahan lebih baik,'' kata dia.

Ini memang pilihan yang tidak mudah, perjalanan yang tidak renyah. Tapi kita perlu sampaikan bangsa ini bangsa petarung, bangsa kuat. Semua berkumpul dan datang ke Jakarta. Kalau tidak kuat, tidak mungkin datang ke Jakarta. 

Indonesia  punya tradisi menghadapi kesulitan dan berhasil melampauai dengan baik. ''Memang berat, tapi kita pasti bisa bangun,'' harapnya.(R03)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index