Kata Dokter soal Minum Susu untuk Atasi Keracunan

Kata Dokter soal Minum Susu untuk Atasi Keracunan
Ilustrasi/net

JAKARTA (RIAUSKY.COM)- Keracunan (intoksikasi) bisa terjadi ketika seseorang baik secara sengaja maupun tidak, mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung racun, atau makanan yang tidak steril dan sudah terkontaminasi bakteri.
Bila tak cepat diatasi, keracunan bisa menjadi berbahaya bahkan merenggut nyawa. Selama ini, sebagian orang menganggap keracunan makanan bisa diatasi atau dinetralkan degan minum susu.

Namun, benarkah susu dapat bantu mengatasi keracunan?

Dokter emergensi dan peneliti di Litbangkes Kemenkes, Tri Maharani mengatakan konsumsi susu tidak dapat menyembuhkan keracunan. Begitu juga dengan konsumsi air kelapa yang disebut-sebut bisa menetralisir racun.

Kedua jenis minuman ini juga tak bisa meredakan mual akibat keracunan.

"Konsumsi susu tidak bisa meredakan gejala keracunan, dan tidak mengobatinya," kata Tri pada CNNIndonesia.com, Senin (3/5).

Konsumsi susu maupun air kelapa juga tidak akan berpengaruh pada keracunan yang diakibatkan oleh bahan kimia seperti sianida, lem tikus, atau zat yang terkandung dalam pembasmi hama atau obat nyamuk.

Jika disebabkan oleh bahan kimia, racun hanya bisa dinetralkan menggunakan antidote atau penangkal yang diresepkan dokter.

"Kalau racunnya itu bahan kimia seperti sianida, maka dia hanya bisa dinetralisir dengan antidote [penawar], keracunan karena makan kerang laut, keracunan karena ikan buntal, itu juga tidak bisa dinetralkan dengan minum susu," jelas Tri.

Ia kemudian menekankan bahwa racun memiliki penawarnya masing-masing. Dokter akan mengetahui jenis penawar yang cocok untuk tiap jenis racun yang secara sengaja maupun tidak sengaja termakan.

"Setiap racun punya antidote, tidak semua racun bisa netral dengan minum susu, atau dengan minum air kelapa," ujarnya.

Tri menyarankan, sebaiknya orang yang mengalami gejala keracunan segera dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan perawatan yang optimal. Pasien sebaiknya dirawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) agar mendapat pertolongan pertama yang tepat.

"Masyarakat ketika ada dalam kondisi darurat, udah enggak usah nunggu lama-lama dan melakukan pertolongan sendiri, segera dibawa ke faskes (fasilias kesehatan) dan pindahkan ke IGD, karena dokter IGD yang bisa menolong mereka," tuturnya.

Sebagaimana dilansir Hello Sehat, keracunan terjadi jika makanan yang dikonsumsi mengandung kuman, baik itu bakteri, virus, maupun parasit. Ada beberapa gejala yang biasa terjadi jika keracunan, seperti mual, muntah, diare, pusing, hingga hilang kesadaran.

Pada tingkat ekstrem, keracunan yang disebabkan bahan kimia bisa menyebabkan gagal napas hingga merenggut nyawa seseorang.

Pada beberapa kasus, keracunan makanan dapat sembuh dalam 1-3 hari dengan sendirinya. Namun, ini hanya berlaku apabila gejala keracunan yang ditimbulkan tidak parah, hanya berupa mual dan muntah dengan intensitas rendah.

Jika demikian, maka pertolongan pertama yang bisa dilakukan adalah dengan minum lebih banyak air putih dan oralit untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang.

Namun jika gejala berat, seperti muntah tak tertahankan sehingga cairan tubuh terus keluar, diare, penglihatan kabur, tubuh lemas, hingga hilang kesadaran, maka sebaiknya mendapat pertolongan medis secepat mungkin.

Anda bisa menghubungi 112 jika mendapati kondisi gawat darurat kesehatan, atau nomor 119 jika membutuhkan ambulan khusus daerah DKI Jakarta.(R02)
Sumber Berita :cnnindonesia.com

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index