Dilanda Musim Kemarau, Produktivitas Pertanian di Riau Justru Meningkat

Dilanda Musim Kemarau, Produktivitas Pertanian di Riau Justru Meningkat
Ilustrasi

PEKANBARU (RIAUSKY.COM) - Fenomena perubahan iklim global kini menyebabkan terjadinya musim kemarau panjang di berbagai daerah. Beruntungnya hal ini tak berdampak besar bagi pertanian di Provinsi Riau. 

"Terbukti bahwa produktivitas padi, jagung, dan kedelai di Provinsi Riau justru mengalami peningkatan setiap tahun," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau Ir. Gusriani di Pekanbaru, dikutip dari Antara, Minggu 24 September 2017. 

Ia mengatakan itu terkait kondisi kekeringan telah melanda sejumlah daerah khususnya di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara, serta sejumlah wilayah lainnya yang diyakini akan berdampak terhadap produktivitas pangan, karena terganggunya saluran irigasi pertanian, kondisi kekurangan air bersih dan upaya mengatasi ketersediaan air bersih bagi warga.

Menurut dia, produktivitas tanaman pangan di daerah ini dalam beberapa tahun terakhir memang mengalami fluktuasi, namun cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Ia menjelaskan sejumlah perkembangan produktivitas tanaman pangan dalam lima tahun terakhir yakni pada 2012 produktivitas tanaman padi mencapai 35,56 kuwintal per hektare (ha), jagung 23,66 kw per ha, kedelai 11,35 Kw per Ha.

Pada 2013 untuk jenis tanaman padi sebanyak 36,63 Kw per Ha, jagung 23,88 Kw per Ha dan kedelai 11,34 Kw per ha. Tahun 2014 untuk jenis tanaman padi 36,35 Kw per Ha, jagung 23,76 Kw per Ha, dan kedelai 11,34 Kw per Ha.

Berikutnya produktivitas 2015 untuk jenis tanaman padi 36,63 Kw per Ha, jagung 23,85 Kw per Ha, dan kedelai 11,15 Kw per Ha, sedangkan pada 2016 untuk jenis tanaman padi mencapai 37,57 Kw per Ha, jagung 24,88 Kw per Ha, dan kedelai 12,02 Kw per Ha.

Gusriani mengatakan, dalam mengantisipasi dampak kemarau panjang maka beberapa upaya yang dilakukan oleh Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau, adalah melakukan mitigasi iklim, memetakan wilayah berpotensi kekeringan dan potensi sumber air irigasi, memperbaiki bangunan dan jaringan irigasi yang rusak.

Selain itu memanfaatkan sumber daya air lain seperti sungai dan danau, memberikan bantuan alat dan mesin pertanian seperti hand traktor dan pompa air. Hand traktor diberikan kepada petani supaya mereka dapat melakukan percepatan tanam secara serentak. Sedangkan pompa air diberikan untuk menaikkan air dari sungai, danau atau sumur dan dialirkan ke lahan petani.

"Dalam mengantisipasi dampak kekeringan Riau juga menertibkan pola tanam dan mengatur jadwal tanam, menganjurkan petani menggunakan varietas unggul yang toleran terhadap kekeringan, menggerakkan dan mengaktifkan P3A dan GP3A," katanya.

Ia menjelaskan air merupakan sumber kehidupan bagi seluruh mahluk hidup di bumi ini khususnya tanaman pangan. Selama periode pertumbuhannya, tanaman pangan memerlukan air agar dapat bertahan hidup dan berproduksi. Pemberian air yang mencukupi merupakan faktor penting bagi pertumbuhan tanaman. Demikian pula halnya dengan usaha meningkatkan produktivitas, tanpa air yang cukup produktivitas tidak akan maksimal.

Salah satu upaya untuk menjamin ketersediaan air pada saat dibutuhkan oleh tanaman maka diperlukan pengaturan yang terintegrasi melalui irigasi dan jaringannya.

Pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan irigasi untuk kegiatan pertanian merupakan hal mutlak karena ketiadaan atau kerusakan irigasi merupakan "lonceng kematian" bagi swasembada pangan atau kedaulatan pangan yang sedang kita upayakan.

Dalam rangka upaya khusus peningkatan produksi padi, salah satu program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Riau (Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau) yaitu pengembangan jaringan irigasi.

"Pengelolaan air irigasi dari hulu (upstream) sampai dengan hilir (downstream) memerlukan sarana dan prasarana irigasi yang memadai. Sarana dan prasarana tersebut dapat berupa bendungan, saluran primer dan sekunder, boks pembagi, bangunan-bangunan ukur, saluran tersier dan jaringan tingkat usaha tani (JITUT)," katanya.

Sementara itu, perubahan iklim global saat ini menyebabkan terjadinya musim kemarau panjang di berbagai daerah, kondisi ini memberikan berbagai dampak. Beberapa dampak yang ditimbulkan oleh kemarau panjang ini antara lain, yaitu kebakaran lahan pertanian, ketersediaan air menipis, musim tanam berubah, tanaman mati (puso), dan produktivitas. (*)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index