Bangun Pabrik Baru, Indah Kiat Perkuat Bisnis Kemasan

Bangun Pabrik Baru, Indah Kiat Perkuat Bisnis Kemasan

JAKARTA (RIAUSKY.COM) - Perkembangan e-commerce dan industri global mendorong prospek bisnis produsen kertas. Dua emiten kertas Grup Sinarmas, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM), ikut menikmati berkah dari pertumbuhan permintaan dunia.

Direktur INKP Kurniawan Yuwono menyebutkan, tren permintaan kemasan atau packaging di dunia berpotensi tumbuh 3% hingga tahun 2020 mendatang. Tak mau menyia-nyiakan potensi pasar tersebut, INKP berencana membangun pabrik baru yang fokus memproduksi kemasan.

Demi memuluskan ekspansi tersebut, INKP mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$ 618 juta. "Capex untuk tahun 2018 yang besar terdiri dari pembangunan integrated wide packaging product, lainnya untuk pembangunan tissue boiler dan biaya maintenance," ungkap Kurniawan dalam paparan publik INKP, Rabu (27/6).

Pabrik yang berlokasi di wilayah Karawang, Jawa Barat, ini memiliki kapasitas produksi 750.000 ton per tahun. Manajemen INKP menjadwalkan pabrik mulai beroperasi kuartal II-2020. Potensi pasarnya masih cukup besar.

Terlebih, Indonesia lebih kompetitif dari sisi bahan baku daripada produsen yang ada di China. Meski masih perlu mengimpor bahan baku kertas bekas dari AS dan Eropa, Indonesia memiliki sumber bahan baku pulp sendiri.

INKP juga mulai melirik segmen packaging seperti saudaranya, TKIM. Pada kuartal I-2018, TKIM mencatatkan pertumbuhan volume penjualan di segmen industrial paper dan packaging. Pada kuartal I-2017, volume penjualannya mencapai 13.000 ton naik menjadi 18.000 ton per akhir Maret tahun ini.

Direktur Utama TKIM Suhendra Wiriadinata, menyebutkan potensi pasar industri kemasan dunia tumbuh subur. Salah satu negara dengan permintaan terbesar adalah Tiongkok.

Namun, untuk bisa memenuhi permintaan segmen kemasan industri ini, TKIM perlu mengimpor bahan baku kertas bekas dari negara maju, seperti Amerika Serikat dan Eropa. 

"Karena untuk memproduksi kemasan tidak semuanya menggunakan virgin pulp, sedangkan konsumsi kertas dari Indonesia masih rendah, baru bisa dipasok 50%," kata Suhendra, yang juga menjabat Direktur INKP seperti dilansir Kontan.co.id.

Perang dagang
Di sisi lain, perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok justru membawa berkah bagi prospek bisnis INKP dan TKIM. Sebab, perang dagang ini justru membuat harga pulp atau bubur kertas semakin melambung.

Suhendra menyebutkan saat ini Tiongkok kekurangan bahan baku kertas industri akibat perang dagang dengan AS. Sebelumnya, China mengandalkan impor kertas bekas dari AS dan Eropa sebagai bahan baku utama pembuatan kertas industri. "Karena perang dagang ini, China kekurangan pasokan kertas bekas untuk bahan baku, konsekuensi kekurangan itu harus mereka tutupi dengan pulp," ungkap dia.

Suhendra mengemukakan, saat ini Tiongkok menjadi salah satu pasar ekspor terbesar INKP di kawasan Asia. Pada kuartal I-2018, porsi penjualan ekspor INKP ke Asia mencapai 71%. (R02)   

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index