AWAS...Homoseks di Riau Lebih Berbahaya dari WTS, Tahun Ini Sudah 111 Orang Terjangkit HIV AIDS

AWAS...Homoseks di Riau Lebih Berbahaya dari WTS, Tahun Ini Sudah 111 Orang Terjangkit HIV AIDS
Ilustrasi

PEKANBARU (RIAUSKY.COM) - Direktur Yayasan Sikap Tulus untuk Semasa (Siklus) Prio Anggoro memaparkan, penyebab utama kaum milenial tertular virus HIV adalah dari pergaulan sosial mereka.

Remaja pada usia ini terjangkit virus karena pola kehidupan seks bebas. Pola ini paling besar beresiko untuk menulari virus HIV.

"Untuk kelompok usia 15 - 24 tahun kemungkinan besar akibat seks berisiko," ujarnya, Sabtu (6/10/2018).

Kasus ini semakin mengkhawatirkan kalau melihat pola seks bebas yang dilakukan kaum milenial.

Data dari Dinkes Riau, sebagaimana dilaporkan tribun Pekanbaru,  juga menunjukkan pola penularan dari gay atau homoseksual mendominasi cara penularan HIV.

Hampir dari setengah pengidap HIV/AIDS tertular melalui hubungan seks beresiko gay. Jumlahnya mencapai 111 orang.

Yayasan Siklus pun punya catatan tersendiri mengenai hal ini.

"Meningkatnya kasus seks sejenis, khususnya gay sangat memprihatinkan. Gay tidak lagi mengharuskan pelakunya menjadi transgender, tapi bisa dengan identitas kelaki-lakiannya mereka melakukan hubungan seks karena merasa aman dari aspek sosial," urai Priyo prihatin.

Sekarang sulit dideteksi remaja laki-laki mengidap penyimpangan seksual, penyuka sesama jenis.

Kegiatan mereka pun tidak dicurigai, karena sesama lelaki tidak menimbulkan prasangka pergaulan bebas yang selama ini hanya terstigma bagi pasangan berbeda kelamin.

Selain itu, hubungan seksual menyimpang gay ini jauh dari risiko kekhawatiran hamil, tidak dicurigai orangtua, dan juga jauh dari kecurigaan publik.

"Tidak ada yang mencurigai ada dua orang dengan identitas laki-laki kost satu kamar dan lainnya. Dan saat ini banyak terjadi di kos-kosan di kampus-kampus di Pekanbaru," sebut pria yang sudah puluhan tahun aktif melakukan pendampingan dan gerakan sosial untuk mewaspadai penyebaran virus HIV/AIDS di Riau ini.

Aktifitas sosial dan pergaulan bebas seperti ini semakin terbuka dan sangat mengkhawatirkan bagi kehidupan masyarakat, Khususnya Pekanbaru dan Riau.

Ini ditambah lagi dengan kehadiran aktivis yang melabeli diri mereka atas nama Hak Asasi Manusia (HAM), dengan menyetarakan semua gender dan aktivitas mereka.

Kekhawatiran ini beralasan dengan perlindungan kelompok marjinal yang terang-terangan mendukung keberadaan gerakan Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT).

"Mereka yang LGBT seakan mendapat dukungan dan pembenaran," tandasnya.

Kelompok yang sudah terang-terangan menyatakan diri mereka LGBT tanpa disadari turut menambah panjang resiko penyebaran dan penularan virus HIV/AIDS.

Priyo menyebut ‘penghalalan’ kehidupan sesama jenis ini dengan mengatasnamakan kesetaraan gender dan orientasi seksual.

Ini bahkan sudah mulai masuk disosialisasikan oleh kelompok-kelompok LGBT.

Sebagian menyasar kaum muda yang tanpa sadar sudah dirasuki dengan pola kehidupan LGBT.

"Bahkan ada lembaga yang mengaburkan pengertian gay saat ini," kritiknya keras.

Satu-satunya cara untuk menghambat penularan HIV/AIDS bagi kaum milenial, dengan meningkatkan peran aktif keluarga dan masyarakat.

Sensitifitas harus diperkuat dengan mencurigai berbagai kegiatan yang terselubung dalam gerakan LGBT.

Peran keluarga dibutuhkan dalam meningkatkan pemahaman ilmu agama untuk memperkuat keimanan remaja di era globalisasi saat ini. (R04)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index