PEDIH...Harga Sawit di Sumut Rp800 Perak Sekilo, Petani: Kami Dapat Bersih Rp400, Mau Hidup Gimana, Makan pun Tak Bisa...

PEDIH...Harga Sawit di Sumut Rp800 Perak Sekilo, Petani: Kami Dapat Bersih  Rp400, Mau Hidup Gimana, Makan pun Tak Bisa...
Petani sawit lesu karena harga yang kian anjlok dan tak cukup untuk biaya hidup.

MEDAN (RIAUSKY.COM)- Para petani sawit swadaya atau petani dengan modal sendiri di Asahan mulai ‘menjerit’ lantaran harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit yang terus merosot. 

Akibatnya, para petani tersebut merugi banyak karena harga penjualan TBS kelapa sawit tidak stabil serta tidak sebanding dengan upah panen dan biaya angkut. 

Ronal Sitorus (45), warga Desa Gonting Malaha, Kecamatan Bandar Pulau, mengungkapkan hal itu ketika ditemui metro24jam, Kamis (29/11/2018) di Gonting Malaha. 

Menurut Ronal, para petani di Bandar Pulau mengeluhkan rendahnya harga TBS kelapa sawit hingga saat ini yang hanya mecapai Rp 840/kg. 

“Harga TBS kelapa sawit di Bandar Pulau rata-rata Rp 840/kg. Dari harga itu Rp 200/kg dipotong untuk biaya panen dan Rp 200/kg untuk biaya angkut. Jadi petani cuma dapat Rp440 dari setiap penjualan satu kilogram TBS sawit. Jelaslah petani sangat rugi,” keluhnya.

 Sementara itu, Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Kecamatan Bandar Pulau, M Rafiq Silitonga mengatakan, pihaknya berharap pemerintah daerah atau pusat segera mencari solusi guna mendongkrak harga TBS sawit di daerah. Menurut dia, para pengusaha perkebunan kelapa sawit di daerah perlu didorong untuk menaikkan harga TBS sawit. 

“Merosotnya harga TBS sawit di Asahan sudah terjadi hampir satu bulan terakhir. Namun pemerintah daerah terkesan kurang peduli. Pengusaha pun tampaknya tak memiliki komitmen membantu petani yang merugi akibat rendahnya harga TBS sawit,” ungkapnya, Kamis (29/11/2018).  ''Kami hanya dapat bersih  Rp400, mau hidup gimana, makan pun tak bisa,'' imbuh dia lagi.

Hal senada di katakan Rustam Tambunan (60), warga Desa Gajah Sakti, selaku penyalur/agen sawit. 

“Cepat atau lambat pemkab Asahan harus mengambil langkah atau solusi, bila tidak, dikhawatirkan perekonomian masyarakat akan merosot,” kata dia. Karena menurut rustam, banyak masyarakat di Asahan ini hidupnya bertani kelapa sawit dan sangat bergantung pada hasil panen mereka.(R04)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index