Sri Mulyani Ungkap Tekanan Ekonomi Terberat yang Dialami DKI Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat Karena Corona

Sri Mulyani Ungkap Tekanan Ekonomi Terberat yang Dialami DKI Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat  Karena Corona
Menteri Keuangan Sri Mulyani

JAKARTA (RIAUSKY.COM)- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan dampak tekanan ekonomi paling berat akibat pandemi virus corona atau covid-19 di Indonesia akan terasa di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Selain itu, juga terasa berat di Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan.

Ani, sapaan akrabnya, menjelaskan tekanan ekonomi akan terasa paling berat di Jakarta karena merupakan epicentrum kasus positif virus corona di Indonesia. 

Begitu pula dengan Jawa Timur dan Jawa Barat yang menjadi provinsi dengan kasus positif corona terbanyak setelah Jakarta.

"Dari sisi lokasi, DKI merupakan episentrum karena lebih tinggi dari sisi jumlah kasus, sementara kasus kematian tertinggi di Jawa Timur," ujar Ani dalam rapat bersama Komisi XI DPR, Senin (22/6/2020) sebagaimana dilansir dari cnnindonesia.com.

Sementara di Jawa Timur ada 9.528 kasus positif virus corona per 21 Juni 2020. Dari jumlah tersebut, sekitar 2.855 orang sembuh dan 731 orang meninggal.

Berdasarkan data resmi Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, setidaknya ada 9.830 kasus positif virus corona per 21 Juni 2020. Dari jumlah ini, sebanyak 2.874 orang sembuh, namun 615 orang meninggal.

"Demikian juga dengan Jawa Timur akan mempengaruhi kondisi Jawa Timur yang merupakan kontribusi kedua terbesar setelah Jakarta terhadap pertumbuhan ekonomi," jelasnya.

Sedangkan di Jawa Barat ada 2.848 kasus positif virus corona per 22 Juni 2020. Dari jumlah itu, sebanyak 1.263 orang sembuh dan 171 orang meninggal.

"Jawa Barat juga ada kontribusi besar (ke ekonomi Indonesia)," imbuhnya.

Lebih lanjut, bendahara negara mengatakan tingginya kasus corona akan membuat pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah menurun. Sebab, peningkatan jumlah kasus disikapi dengan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ketat, sehingga benar-benar mengurangi aktivitas ekonomi masyarakat.

"Jakarta itu sumbangan PDB-nya (ke pertumbuhan ekonomi nasional) 18 persen, sehingga dengan adanya PSBB pasti akan pengaruhi PDB dari DKI Jakarta dan juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia," jelasnya.

Sayangnya, Ani belum mengungkap berapa proyeksi pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah ke depan akibat tekanan pandemi corona. Begitu pula dengan proyeksi sumbangan ekonomi dari masing-masing daerah ke perekonomian Tanah Air.

Sebagai gambaran, mantan direktur pelaksana Bank Dunia mengungkapkan sumbangan ekonomi Jakarta ke perekonomian nasional setidaknya mencapai 18 persen, Jawa Timur 14,9 persen, Jawa Barat 13,4 persen, Jawa Tengah 8,6 persen, Sulawesi Selatan 8,2 persen, dan Kalimantan Selatan 3,2 persen. (R04)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index