Sri Mulyani dan Chatib Basri Prediksi Ekonomi Indonesia Bakal Masuk Resesi, Ini yang Perlu Dilakukan...

Sri Mulyani dan Chatib Basri Prediksi Ekonomi Indonesia Bakal Masuk Resesi, Ini yang Perlu Dilakukan...
Ilustrasi

JAKARTA (RIAUSKY.COM)-  Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengisyaratkan kalau perekonomian Indonesia akan masuk jurang resesi pada kuartal III-2020.

Secara teknikal, resesi perekonomian bisa terjadi kalau pertumbuhan ekonomi dalam dua kuartal berturut-turut mengalami pertumbuhan negatif secara tahunan.

"Di kuartal III-2020 masih mengalami negative growth, bahkan di kuartal IV-2020 masih dalam zona sedikit di bawah netral," ujar Sri Mulyani dalam Rapat dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Rabu (2/9).

Sebelumnya, hal serupa juga diutarakan oleh Menteri Keuangan era Presiden SBY, Chatib Basri. Dalam cuitan di akun Twitter pribadinya @ChatibBasri .

"Data google mobility menunjukkan bahwa setelah reopening, aktivitas mobilitas naik tajam, lalu flat dan melambat. Data menunjukkan bulan Juni 2020 - Agustus 2020 terjadi perlambatan. Ini juga konsisten dengan survei @saifulmujani bahwa persepsi orang ekonomi kembali menurun," tulisnya, Minggu (30/8).

Perekonomian kuartal III-2020 diprediksi masih terkontraksi karena beberapa kemungkinan. Pertama, daya beli masyarakat yang melemah. Kedua, perilaku kelas menengah atas yang berhati-hati karena alasan kesehatan.

Ketiga, perubahan perilaku seperti lebih memilih untuk belanja online. Keempat, adanya protokol kesehatan yang diterapkan oleh pemerintah yang membuat perekonomian tidak bisa beroperasi 100% sehingga skala ekonomi tidak tercapai.

Jika ekonomi hanya beroperasi 50%, maka untuk banyak sektor, Chatib melihat kalau break even point tak akan tercapai.

Perusahaan bisa tetap survive selama masih bisa membayar biaya variable seperti gaji, tetapi dia tak akan mendapat keuntungan. Parahnya, perusahaan bisa menjadi zoombie companies.

"Karena itu, tidak ada insentif untuk ekspansi dan meningkatkan investasi. Perekonomian akan stuck, atau pemulihan bakal lambat," jelasnya.

Mengutip cuitan terbarunya soal kemungkinan resesi yang akan terjadi, Chatib mengatakan kalau saat ini yang paling penting adalah langkah mitigasi dengan ekspansi fiskal.

"Yang paling penting memang bukan soal resesi atau tidak. Yang paling penting, mitigasinya dengan ekspansi fiskal dan defisit APBN 2021 yang 5% mencerminkan itu," katanya.(R04)

 

Sumber Berita: kontan.co.id

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index