Gara-gara Vaksin Covid-19 Pfizer, Dua Bersaudara Yang Jadi Investor BioNTech Kaya Raya

Gara-gara Vaksin Covid-19  Pfizer, Dua Bersaudara Yang Jadi  Investor BioNTech Kaya Raya
Ilustrasi vaksin Cocid-19 produksi Pfizer. /Sumber Foto: kontan.co.id/reuters

NEW YORK (RIAUSKY.COM)- Reli saham yang dipicu oleh hasil uji coba vaksin Covid-19 yang menjanjikan dari Pfizer Inc telah menghasilkan keuntungan besar  bagi banyak investor. 

Salah satu kisah paling dramatis adalah dari dua kakak beradik di asal Jerman.

Andreas dan Thomas Stuengmann secara kolektif telah menambah sekitar US$ 8 miliar ke dalam total kekayaan mereka tahun ini berkat saham mereka di BioNTech SE. 

Perusahaan Jerman ini merupakan salah satu pihak yang ikut mengembangkan vaksin dengan Pfizer.

Hasilnya saham BioNTech di Amerika melonjak minggu ini setelah produsen obat kelas kakap di AS ini melaporkan bahwa vaksin buatannya berhasil mencegah 90% infeksi gejala Covid-19 kepada puluhan ribu sukarelawan. 

Dengan total kekayaan yang mencapai US$ 22 miliar itu, saudara kembar ini telah menjadi pemilik salah satu perusahaan farmasi dan kesehatan terbesar di dunia. 

Menurut data Bloomberg Billionaires Index, dua pria yang berusia 70 tahun ini berhasil membentuk kerajaan mereka dengan menginvestasikan kembali hasil bisnis obat generik keluarga mereka. 

"Mereka telah mengubah kekayaan mereka hanya dengan percaya pada sains," kata Paul Westall, salah satu pendiri Grup Agreus.

Melansir artikel Bloomberg, Minggu (15/11) kakak beradik ini mendirikan kantor keluarga mereka bernama Athos Service setelah Novartis AG mengumumkan pada 2005 bahwa pihaknya telah membeli perusahaan obat mereka bernama Hexal berikut dengan beberapa sahmnya di EON Labs dengan harga gabungan sekitar US$ 6,7 miliar.

Thomas Struengmann mengatakan dalam wawancaranya di bulan Desember bahwa Dia dan saudaranya telah berjanji bahwa mereka tidak akan menginvestasikan uang lebih dari € 1 miliar karena faktor risikonya. Mereka akhirnya melanggar janji tersebut setelah melihat adanya prospek bisnis di farmasi. "Anda ingin melihat tanaman kecil anda terus tumbuh," katanya. 

Taruhan mereka pada BioNTech telah melambangkan ambisi mereka untuk mendanai inovasi di sektor farmasi. 
Mereka telah membantu memberikan dana sebesar € 150 juta dalam bentuk uang pada tahun 2008 dan sekarang memiliki sekitar setengah saham perusahaan.

Reli saham perusahaan ini juga telah meningkatkan kekayaan Presiden Direktur BioNTech Ugur Sahin hingga lebih dari US$ 4 miliar, menurut indeks Bloomberg dan menempatkannya pada titik puncak kekayaan dan bergabung menjadi 500 orang terkaya di dunia. 

Struengmann bersaudara ini juga mendukung usaha Sahin sebelumnya, Ganymed Pharmaceuticals AG, perusahaan perawatan kanker yang didirikan ilmuwan kelahiran Turki bersama istrinya Ozlem Tureci. Hanya kurang dari setahun setelah pasangan itu mengalihkan perhatian mereka ke Covid-19, uji coba obat buatan perusahaan telah diakui menjadi jenis obat baru, sekaligus memenuhi cita-cita sepanjang karirnya. 

"Itu bisa membuat bidang farmasi untuk kelas molekul baru," kata Sahin dalam wawancaranya di awal pekan lalu. 

Setelah mengambil alih perusahaan obat milik keluarga Durachemie dari ayah mereka Ernst pada tahun 1979, dua saudara ini memutuskan untuk menjual perusahaan itu tujuh tahun kemudian. 

Dananya kemudian dipakai untuk mendirikan Hexal dan mulai bekerja dengan sekitar dua lusin karyawan di sebuah gedung apartemen dekat Munich. Dari situ, perusahaannya terus berekspansi hingga menjadi perusahaan obat generik terbesar keempat di dunia. (R04)

Sumber Berita: kontan.co.id

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index