Dulu Cuma Jualan Kacang di Istiqlal, Anak Tionghoa Mualaf Ini Kini Proyeknya Rp15 Triliun, 'Itu Semua Gara-gara Allah'

Dulu Cuma Jualan Kacang di Istiqlal, Anak Tionghoa Mualaf Ini Kini Proyeknya Rp15 Triliun, 'Itu Semua Gara-gara Allah'
Channel YouTube CERITA UNTUNGS ©2020 Merdeka.com

RIAUSKY.COM - Namanya Jusuf Hamka, pengusaha sukses kenamaan asal Indonesia berdarah Tionghoa itu dikenal rendah hati dan dermawan. Meski telah hidup bergelimang harta, ia selalu tampil sederhana.

Namun siapa sangka, semasa kecil ia hidup di perkampungan sederhana. Menjajakan dagangan milik orang lain di sekitaran Masjid Istiqlal. Banyak umat muslim yang baik padanya kala itu, tanpa memandang ras.

Kebaikan orang lain itulah yang menjadi tolok ukur bagi Jusuf kini. Dulu sering ditolong orang, kini ia berusaha berbalik untuk bisa selalu menolong yang lain.

Perbincangan antara Arie Untung dengan bos jalan tol Jusuf Hamka, begitu hangat di masjid miliknya. Jusuf menceritakan alasan Tuhan memberinya kecukupan dan kelimpahan harta.

Ternyata selama ini, itu semua berkat pertolongan Allah SWT. Kebiasaan Jusuf yang kerap berbagi, akan dikembalikan dengan yang lebih besar.

"Menurut saya, ketika ada orang yang kontak. Minta saya sedekah, atau minta bantuan apa gitu. Itu bukan dalam arti nyusahin. Itu Allah sayang sama kita. Itu Allah kirim ke kita, kita bantu. Dengan kita bantu, rezeki kita ditambah puluhan kali dari itu," kata Jusuf seperti dikutip dari channel YouTube CERITA UNTUNGS.

Jusuf percaya, Allah akan membalas sedekah setiap umatnya dengan puluhan kali lipat kebaikan yang tak terduga.

"Kalau semisal kasih seribu. Insyaa Allah, Allah kasih kita sepuluh ribu minimal. Jangan-jangan sejuta. Ini yang saya alami selama ini. Makin banyak memberi, makin banyak diberi," paparnya.

Pria yang terlahir dengan nama asli Alun Josef itu tengah mengemban amanah baru. Saat ini, dia tengah melakukan pembangunan tiga tingkat jalan tol, yang mengeruk kocek sebesar Rp15,9 triliun.

"Kita baru dapat proyek, membangun jalan tol dari Priok sampai Pluit non-stop sembilan koma enam kilo. Jadi triple decker di atas yang sekarang. Dan ongkosnya mahal, Rp15,9 triliun," ungkap Jusuf.

Masih tak menyangka, dari anak kampung yang dulunya tidak sanggup pegang jutaan rupiah, kini ia menerima proyek mencapai triliunan.

"Anak kampung mas, haha. Dulu megang uang Rp15 juta saja kagak bisa. Sekarang malah dikasih proyek Rp15,9 T. Itu siapa yang pintar? Itu semua gara-gara Allah. Keren kan, anak kampung dikasih rezeki kota sama Allah. Kalau mau sedekah, jangan sama orang yang kenal saja," paparnya sembari tertawa.

Selama ini Jusuf Hamka dikenal sebagai mualaf yang kerap berbagi. Serta memiliki cita-cita, membangun 1.000 masjid yang tersebar di Indonesia.

Diakuinya, rumah ibadah itu sengaja ia dirikan sebagai bentuk syukur terhadap kebaikan Tuhan selama ini.

"Membangun masjid ini, selain dari menyampaikan terima kasih pada Tuhan dan tentunya ini bernostalgia saja. Dulu saya waktu masih SD, saya suka dagang es mambo, yang pakai plastik, dagang asongan pakai papan. Sama kacang goreng yang diplastikin," cerita Jusuf.

Jusuf menceritakan, waktu kecil setiap pulang sekolah selalu menjajakan dagangan milik orangtua temannya. Mereka berkeliling di sekitar Masjid Istiqlal.

Sesekali kala lelah, Jusuf selalu tidur di serambi masjid. Ia merasa sangat nyaman bisa beristirahat di rumah ibadah tersebut.

"Itu saya sering dagang bawa ke Masjid Istiqlal. Dan pada saat itu saya pulang sekolah, jam 12 habis makan saya langsung ambil dagangan di tempat ibunya teman saya. Tanpa sepengetahuan orangtua saya itu. Di kala saya lelah, saya tidur di emperan Masjid Istiqlal. Sejuk sekali itu, nikmat sekali, lantainya marmer. Dulu rumah kita masih tanah merah," ucap Jusuf.

Jusuf merasa ada hikmah tersendiri untuk berjualan di wilayah umat Islam. Sebagian besar dari mereka, kerap kali memberi uang tip untuknya. Sampai bisa mentraktir para rekan sesama penjual keliling.

"Habis tidur kita dagang kepada saudara-saudara umat Islam yang salat di situ. Saya sering dikasih tip. Karena mungkin lihat anak Cina dagang. Ada teman-teman kira-kira lima orang, begitu hitung-hitungan pas pulang, untung saya lebih banyak. Karena saya dikasihani orang, dia kagak. Jadi saya bisa traktir mereka makan," papar Jusuf.

Berkat perjalanan masa kecilnya itu, Jusuf ikut menerapkan kebiasaan berbagi. Setiap kali berbelanja, uang kembaliannya diserahkan pada sang penjual sebagai sedekah.

"Hal ini terjadi pada saya, setiap belanja ya sudah kasih saja lebihnya. Kecil gede, seikhlasnya. Nanti kita ditolong orang. Dulu saya hidup ditolong orang. Saya bantu ibu saya dagang nasi kuning. Saya bawain termos nasi kanan-kiri. Sekarang kita dikasih Tuhan hidup lebih baik," ungkapnya. (R04)

Sumber: channel YouTube CERITA UNTUNGS, Merdeka.com

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index