Heboh, Gemuruh Mirip Suara Terompet di Langit Jakarta

Heboh, Gemuruh Mirip Suara Terompet di Langit Jakarta
Ilustrasi

JAKARTA (RIAUSKY.COM) - Kejadian menghebohkan terjadi, Jumat (11/9) pagi di langit Jakarta, suara gemuruh mirip terompet di langit itu juga pernah terjadi di belahan dunia lainnya. Seperti apa kesimpulan para ilmuwan?

Suara tersebut pernah terdengar di sejumlah negara di dunia seperti Kanada, Australia, Jerman, dan Amerika Serikat. Terakhir kali pada 25 Mei 2015 lalu suara gemuruh yang keras terdengar di langit Kolumbia.

Seperti dimuat Detik, dibandingkan yang terdengar di langit Jakarta, Jumat (11/9), suara gemuruh langit di Kolumbia terdengar lebih keras, sejumlah warga bahkan panik mendengar suaranya yang lantang.

Sejumlah ilmuwan pun telah meneliti fenomena ini dan menghasilkan beberapa teori sebagai jawaban. Blog yang mengupas aneka misteri-misteri dunia, www.enigma.blogspot.com, Senin (25/5) lalu telah mengupas hal ini. Para ilmuwan memberi nama ini 'The Hum', yang diartikan sebagai dengungan.

Suara dengungan itu merupakan suara berfrekuensi rendah yang dapat terdengar oleh sebagian orang di sebagian wilayah. Frekuensi suara ini hanya berkisar sekitar 10 hertz, jauh di bawah batas minimal frekuensi pendengaran manusia, yaitu 20 hertz. Di sebagian wilayah, suara ini bisa terdengar lebih keras dibanding tempat lain.

Sejumlah peneliti menyebut fenomana ini bersumber dari gelombang suara yang dihasilkan peralatan berat, ini juga seperti yang dikemukakan LAPAN. Seperti beberapa kasus seperti di kota Kokomo, Indiana, yang merupakan kota industri. Para peneliti mencurigai sepasang kipas angin raksasa di pabrik Daimler Chrysler dan kompresor udara di pabrik milik Haynes International. Sedangkan dalam kasus Bristol, para peneliti mencurigai suara dengungan datang dari pabrik-pabrik di Avonmouth.

Blog terseut juga mengupas teori lain menyebutkan sumber dengungan adalah pesawat yang sedang terbang. Konon ketika terjadi peristiwa 11 September 2001 yang menghancurkan gedung WTC di Amerika, suara dengungan tersebut berhenti selama beberapa hari. Pada saat peristiwa tersebut terjadi, otoritas penerbangan Amerika memang melarang semua pesawat untuk terbang selama beberapa hari.

Dr Joe Elder dan CK Chou dari Motorola Florida Research Laboratories, punya kesimpulan lain. Ia menyimpulkan suara itu berasal dari radiasi Radiofrequency (RF). Manusia memang bisa menangkap suara berfrekuensi rendah itu, namun syaratnya ia harus bisa mendengar gelombang akustik frekuensi tinggi dalam jangkauan KHz dan penyebaran pancaran RF harus berada dalam jangkauan MHz.

Ada juga ilmuwan yang menyimpulkan fenomena ini terkait benda angkasa. Teori ini pertama kali dirilis di situs space.com pada bulan Maret 2000. Seperti berkompetisi dengan pancaran bintang dan benda angkasa lainnya, bumi sesungguhnya bernyanyi seperti burung kenari, mengeluarkan suara dengungan yang konstan dengan notasi-notasi yang tidak terhitung banyaknya. Jika suaranya beberapa oktaf lebih tinggi, maka suara itu akan dapat terdengar oleh telinga manusia, bahkan dapat menenggelamkan suara ribut dari ratusan suara talk show televisi.

Sementara itu Kiwamu Nishida dari institut penelitian gempa bumi universitas Tokyo bersama rekan-rekannya telah menganalisa data seismik 10 tahun dan menemukan kesamaan antara gelombang seismik dengan gelombang suara yang sama di atmosfer. Menurut Kiwawu Cs, gelombang suara yang tidak dapat didengar telinga manusia itu memantul-mantul di antara atmosfer dan permukaan bumi yang kemudian menciptakan gelombang-gelombang suara di dalam perut bumi.

Pada Agustus 2009 sekelompok peneliti mengaku telah berhasil memecahkan misteri ini. Menurut mereka, suara dengungan dihasilkan oleh benturan gelombang laut, namun bukan gelombang laut yang memecah pantai seperti yang kita kenal. Gelombang yang dimaksud adalah gelombang laut yang berbenturan dengan dasar samudera. Dan menurut mereka, pantai Pasifik di Amerika Utara adalah sumber dengungan terkuat.

Menurut penelitian itu suara dengungan tercipta ketika dua gelombang berfrekuensi sama, namun berbeda arah, bertemu. Mereka lalu saling berbenturan dan menciptakan gelombang tekanan tertentu yang kemudian bergerak dengan kecepatan tinggi ke arah dasar Samudera.

Namun teori-teori itu belum menjawab mengapa telinga manusia dapat menangkap suara dengungan itu. Pertanyaan ini kemudian dijawab oleh seorang Dokter Cambridge bernama David Baguley menuturkan suara ini dapat terdengar oleh seseorang ketika telinganya menjadi over sensitif.

"Menurutnya (David), di dalam tubuh manusia ada sebuah 'Amplifier internal' yang dapat memperkuat suara-suara yang masuk ketika manusia yang bersangkutan berada di dalam kondisi terancam bahaya atau konsentrasi yang intens. Contohnya ketika kita sedang berkonsentrasi dengan soal-soal ujian dan kemudian telepon berdering, maka kita akan mendengar suara deringan itu seperti lebih keras dari biasanya," jelas penulis blog tersebut.

Penjelasan BMKG
"Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui suara apa itu. Mungkin saja bisa dari angin di mana gesekan angin yang kencang dan di sekitarnya ada kabel listrik atau telepon maka gesekannya bisa menimbulkan suara," ucap Kepala Sub Bidang Informasi BMKG Hari Tirto, Jumat (11/9/2015).

Hari mengatakan bisa saja itu suara yang ada di sekitar lokasi, seperti pesawat lewat. Menurut Hari, secara ilmiah sesuatu yang berbunyi itu adalah zat yang memiliki aliran masa udara seperti angin dan komponennya.

"Bisa kayak resonansi gesekan masa udara. Tapi itu semua harus diteliti lebih lanjut untuk mengetahui dengan pasti," katanya.

Suara itu didengar sejumlah warga sekitar pukul 06.00-07.00 WIB, di wilayah Condet, Jakarta Timur, Saat itu cuaca dalam kondisi cerah berawan.

Suara itu terdengar seperti suara pesawat terbang hendak landing namun suaranya berbeda. Saat suara pesawat terbang lewat pun suara itu masih terdengar. Gemuruh seperti terompet ini terdengar keras selama beberapa detik, kemudian pelan dan keras lagi selama beberapa detik dan siklusnya seperti itu selama sekitar satu jam. (R02)
 

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index