PENASARAN...Ini Ciri-ciri Orang yang Mendapat Lailatul Qadar Menurut Ustadz Abdul Somad

PENASARAN...Ini Ciri-ciri Orang yang Mendapat Lailatul Qadar Menurut Ustadz Abdul Somad
Ustadz Abdul Somad

RIAUSKY.COM - Tak terasa bulan Ramadhan sudah melewati pertengahan bulan. Biasanya menginjak ke sepuluh hari terakhir, dimana orang biasanya meningkatkan ibadah di waktu ini.

Karena sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan merupakan saat-saat yang penuh dengan kebaikan dan keutamaan, serta pahala yang berlimpah.

Maka dari itu, tak jarang orang begitu intensif menjalankan ibadah terutama di malam harinya.

Orang juga biasanya memaksimalkan ibadah di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dengan beritikaf atau berdiam diri di masjid, berdzikir dan memohon ampun kepada Allah SWT.

Dilansir berbagai sumber keislaman, Rasulullah SAW jelaskan dalam salah satu haditsnya, bahwa di antara sepuluh hari itu terdapat satu malam yang apabila kita beribadah maka pahalanya sama dengan kita beribadah selama seribu bulan.

Ya, malam itu adalah malam Lailatul Qadar.

Namun tidak semua orang bisa merasakan adanya malam Lailatul Qadar tersebut.

Menurut Ustad Abdul Somad LC MA, ciri orang yang mendapatkan Lailatu Qadar adalah adanya perubahan.

"Dulu pelit tapi setelah bulan puasa jadi baik suka memberi, dulu salatnya tak benar tapi saat 5 atau 10 menit setelah adzan sudah teduduk di masjid.Itulah ciri dapat Lailatul Qadar," ungkap Ustad Somad dalam rekaman video yang dibagikan di Youtube seperti dilansir Tribunnews.com.

Sementara itu,  Nabi Muhammad SAW bersungguh-sungguh untuk menghidupkan sepuluh hari terakhir tersebut dengan amalan-amalan melebihi waktu lainnya.

Sebagaimana yang istri beliau Ummul Mu’minin Aisyah RA pernah katakan :

????????????????????????????????????????????????????????????

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” (HR. Muslim)

Aisyah RA juga berkata :

??????????????? – ??????????????? – ????????????????????????????????????????????????????????????????????????

“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima’), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari & Muslim).

Maka sudah seharusnya kita mengikuti apa saja yang dilakukan Nabi Muhammad SAW di sepertiga malam terakhir bulan ramadhan, agar kita lebih dekat dengan Allah SWT dan memperoleh kemuliaan atau keutamaan malam Lailatul Qadar.

Ciri-ciri malam lailatul qadar

Satu di antara peristiwa penting pada momen bulan suci Ramadan yaitu datangnya malam lailatul qadar.

Menurut berbagai riwayat, malam yang digadang-gadang oleh seluruh umat Islam di dunia ini datang pada 10 hari terakhir bulan Ramadan, khususnya di tanggal-tanggal ganjil.

Namun, datangnya malam lailatul qadar tidak seorang pun yang mengetahui tepatnya kapan.

Selama ini umat Islam hanya membaca tanda-tanda malam yang menurut lebih baik dari 1000 bulan ini.

Betapa mulianya malam lailatul qadar karena mampu membawa seorang hamba pada ketakwaan yang hakiki.

Lalu, benarkah pertanda malam lailatul qadar di antaranya membekunya air, heningnya malam, dan menunduknya pepohonan, dan sebagainya?

Yang pasti, dan ini harus diimani oleh setiap muslim berdasarkan pernyataan Alquran, bahwa “Ada suatu malam yang bernama lailatul qadar” (QS Al-Qadr 1) dan malam itu merupakan “malam yang penuh berkah di mana dijelaskan atau ditetapkan segala urusan besar dengan kebijaksanaan” (QS Ad-Dukhan 3).

Ditegaskan dalam Alquran, malam tersebut adalah malam mulia, tidak mudah diketahui betapa besar kemuliaannya.

Ini diisyaratkan oleh adanya “pertanyaan” dalam bentuk pengagungan, yaitu “Wa ma adraka ma laylatul qadar.”

Untuk memperoleh pemahaman yang jernih terkait malam lailatul qadar, Muhammad Quraish Shihab (1999) memberikan sejumlah keterangan terkait arti kata qadar.

Mufassir kenamaan tersebut memaparkan tiga arti pada kata qadar tersebut.

Pertama, qadar berarti penetapan atau pengaturan sehingga lailatul qadar dipahami sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia.

Pendapat ini dikuatkan oleh penganutnya dengan Firman Allah pada Surat Ad-Dukhan ayat 3.

Ada ulama yang memahami penetapan itu dalam batas setahun.

Alquran yang turun pada malam lailatul qadar diartikan bahwa pada malam itu Allah SWT mengatur dan menetapkan khiththah dan strategi bagi Nabi-Nya,

Muhammad SAW guna mengajak manusia kepada agama yang benar yang pada akhirnya akan menetapkan perjalanan sejarah umat manusia, baik sebagai individu maupun kelompok.

Kedua, qadar berati kemuliaan.

Malam tersebut adalah malam mulia yang tiada bandingnya.

Ia mulia karena terpilih sebagai malam turunnya Alquran serta karena ia menjadi titik tolak dari segala kemuliaan yang dapat diraih.

Kata qadar yang berarti mulia ditemukan dalam ayat ke-91 Surat Al-An’am yang berbicara tentang kaum musyrik: Ma qadaru Allaha haqqa qadrihi idz qalu ma anzala Allahu ‘ala basyarin min syay’i (mereka itu tidak memuliakan Allah sebagaimana kemuliaan yang semestinya, tatkala mereka berkata bahwa Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia).

Ketiga, qadar berati sempit. Malam tersebut adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam Surat Alqadar: Pada malam itu turun malikat-malaikat dan ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.

Kata qadar yang berarti sempit digunakan oleh Alquran antara lain dalam ayat ke-26 Surat Ar-Ra’du: Allah yabsuthu al-rizqa liman yasya’ wa yaqdiru (Allah melapangkan rezeki bagi yang dikehendaki dan mempersempitnya [bagi yang dikehendakinya]). (*)

Listrik Indonesia

#Ustadz Abdul Somad

Index

Berita Lainnya

Index