Petani Sawit Makin Menjerit, Harga TBS Kini Dibawa Rp1.000 Per Kilogram

Petani Sawit Makin Menjerit, Harga TBS Kini Dibawa Rp1.000  Per Kilogram
Petani sawit lesu dengan harga yang makin tergerus dalam.

PEKANBARU (RIAUSKY.COM)- Harga sawit petani di Riau masih terus memprihatinkan. Setelah pekan lalu mengalami penurunan cukup signifikan, pekan ini, kondisi harga pun membuat petani makin menjerit.

Rapat penetapan harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit yang dilaksanakan di Dinas Perkebunan Provinsi Riau yang diikuti sejumlah stake holder memutuskan pekan ini, harga TBS sawit kembali turun. 

Besaran angka penurunan cukup signifikan, yakni sebesar Rp 104,94 per kilogram. Penurunan dalam jumlah besar ini juga terjadi pada pekan sebelumnya, dimana harga sawit  turun sebesar Rp145,72 perkilogram.

Kasi Pengolahan dan Pemasaran Perkebunan, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau, T. Neni, Rabu (21/11/2018) mengungkapkan, efek produksi CPO melimpah terutama stok dalam negeri dan Malaysia, sangat memberi pengaruh terhadap turunnya harga TBS. 

"Tim penentuan harga yang terdiri dari perusahaan sumber data meprediksi kondisi ini akan terjadi hingga akhir tahun 2018 nanti," terangnya.

Neni menambahkan, hasil penetapan Harga TBS Kelapa Sawit Riau periode 21 - 27 November 2018,  sawit umur 3 tahun turun menjadi Rp 898,05 perkilogram, sawit umur 4 tahun turun menjadi Rp 970,37 perkilogram, sawit umur 5 tahun turun menjadi Rp 1.057,96 perkilogram.

Sawit umur 6 tahun turun menjadi Rp 1.082,98 perkilogram, sawit umur 7 tahun turun menjadi Rp 1.125,03 perkilogram, sawit umur 8 tahun turun menjadi Rp 1.155,73 perkilogram dan sawit umur 9 tahun turun menjadi Rp 1.182,14 perkilogram.

"Untuk sawit umur 10-20 tahun turun menjadi Rp 1.209,19 perkilogram," pungkasnya.

Kondisi ini membuat para petani sawit di Riau pun menjerit. ''Ya, sudah makin sulit ini. Untuk biaya pupuk, pemeliharaan saja sudah sangat tipis ini, harusnya pemerintah membantu menghadapi persoalan harga ini agar tidak merosot.

''Kasihan, di Riau ini mayoritas petani mengandalkan hidup dari sawit,'' ungkap Riyanto, salah seorang petani di Kampar.(R04)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index