Sindir Sandiaga Uno Soal Rencana Pusat Halal Dunia

Ma'ruf Amin Bilang 24 Tahun Ngurusin Halal, Faktanya Indonesia Masih Kalah dari Thailand, Australia, Korea Selatan dan China

Ma'ruf Amin Bilang 24 Tahun Ngurusin Halal, Faktanya Indonesia Masih Kalah dari Thailand, Australia, Korea Selatan dan China
Maruf Amin dan Sandiaga Uno

RIAUSKY.COM - Calon Wakil Presiden nomor urut 01 Ma'ruf Amin menyinggung cawapres nomor urut 02, Sandiaga Uno, yang memprediksi Indonesia bakal menjadi pusat ekonomi halal dunia.

Menurut Ma'ruf, konsep itu bukan lagi hal baru. Dirinya bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah menggarap konsep itu sejak lama. 

"Ada yang bilang, nanti kalau saya katanya akan menjadikan halal dunia. Saya bilang, telat ente. Saya bersama MUI sudah 24 tahun ngurusin halal," kata Ma'ruf dalam acara Istighosah bersama Nahdliyyin dan warga Jakarta Pusat, di Gelanggang Remaja Senen, Jakarta Pusat, Sabtu (2/1/2019) sebagaimana dilansir Kompas.com.

Ma'ruf menyebut, standar halal Indonesia bahkan sudah menjadi standar halal dunia. Secara regulasi, sudah ada Undang-Undang Jaminan Produk Halal. Undang-Undang tersebut bersifat wajib atau mandatori untuk seluruh produk, bukan lagi sukarela. 

"Makanya, kita merumuskan yaitu Undang-Undang (Jaminan Produk) Halal, ekonomi syariah, insyaAllah akan terus dikembangkan," katanya. 

Ma'ruf mengatakan, jika dirinya dan Jokowi menang dalam pemilu 2019, akan semakin mengembangkan konsep ekonomi halal. 
"Pemerintah juga sudah ingin, bukan hanya halal menjadi isu global, tapi produk Indonesia harus bisa bersaing dengan produk-produk global," tandasnya.

Terkait hal itu, ada hal yang mencenangkan, meski punya penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia masih kalah dibandingkan negara Asean lainnya.

Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Hal ini membuat Indonesia menjadi pasar terbesar di dunia bagi produk- produk halal. 

"Indonesia adalah pasar terbesar produk makanan, fashion halal di dunia," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam konferensi pers Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) di Grand City, Surabaya, Rabu (8/11/2017) silam sebagaimana dikutip Kompas.com.

Meskipun demikian, sebut Perry, Indonesia baru sebatas pasar dan belum menjadi pelaku. Padahal, Indonesia sebenarnya sangat mampu untuk memproduksi produk-produk halal yang dapat dikonsumsi di dalam negeri maupun diekspor. 

Industri halal global malah dirajai oleh sejumlah negara yang bukan negara dengan persentase penduduk muslim yang besar.

Industri makanan halal global dirajai oleh Thailand yang hanya memiliki persentase penduduk muslim sebesar 5 persen. 

Perry mengungkapkan, Thailand telah mengukuhkan diri sebagai dapur halal dunia. Sementara itu, Australia telah memproduksi dan mengekspor daging sapi halal. 

Korea Selatan yang terkenal dengan industri kecantikannya juga merajai industri kosmetik halal dunia. Adapun industri tekstil halal didominasi oleh China. 

Menurut Perry, industri semacam tersebut adalah hasil dari dikembangkannya rantai pasok halal atau halal supply chain. Maksudnya adalah, produksi barang atau jasa dari hulu hingga hilir memiliki standar dan sertifikasi halal. 

"Halal supply chain adalah jejaring, aktivitas ekonomi yang bisa memproduksi dan memenuhi berbagai kebutuhan produk dan jasa halal," ujar Perry. 

Dalam mengembangkan rantai pasok halal, belajar dari pengalaman negara lain, perlu fokus pada sektor yang memiliki keunggulan kompetitif. Dalam kasus Indonesia, sektor yang paling memiliki keunggulan daya saing adalah makanan halal. 

Oleh sebab itu, pengembangan rantai pasok halal perlu dipercepat. Rantai pasok halal ini pun harus terintegrasi, baik dari sisi usaha besar, menengah, maupun kecil. 

"Termasuk pemberdayaan ekonomi pesantren dan kelompok-kelompok muslim lain. Indonesia perlu menyusun program dan melaksanakan program untuk membentuk halal supply chain" tutur Perry. (R02)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index