Tak Ada yang Berubah, Faisal Basri: Ada yang Lupa, Selama Kepemimpinan Jokowi, Ekonomi Masih Jawa Sentris

Tak Ada yang Berubah, Faisal Basri: Ada yang Lupa, Selama Kepemimpinan Jokowi, Ekonomi Masih Jawa Sentris
Faisal Basri/net

RIAUSKY.COM - Ekonom Senior Faisal Basri menilai, periode pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), ekonomi masih tetap terkonsentrasi di Pulau Jawa. 

Padahal, selama ini Kepala Negara dalam lima tahun terakhir terus mendorong pengembangan ekonomi di luar Pulau Jawa.

"Ada yang lupa, oke membangun dari pinggiran tapi faktanya kue membesar Jawa terus. Sebanyak-banyak uang digelontorkan ke daerah atau ke Indonesia Timur itu jauh lebih besar dari uang yang digelontorkan di Jawa, itu koreksi saya. Jadi masih Jawa sentris. DPD melempem," ucapnya usai menghadiri diskusi di Hotel JS Luwansa Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis, (10/10/2019).

Faisal juga menjelaskan, jika tidak ada perubahan di periode kedua, maka ekonomi Indonesia pertumbuhannya hanya akan dikuasai oleh Jawa-Sumatera sampai 85 persen. 

"Nanti Kalimantan, Sulawesi NTB, NTT baru pada kaget, mereka kapan diperhatikan. Yang dikasih hanya simbolik infrastruktur, faktanya kue ini semakin dirajai oleh Jawa dan Sumatera," katanya.

Seperti diketahui, data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal II-2019 sebesar 5,05 persen. Secara spasial, Jawa masih menjadi pulau dengan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi.

Perekonomian di Jawa tumbuh 5,68 persen. Pulau ini bahkan berkontribusi lebih dari setengah total pertumbuhan ekonomi, dengan porsi sebesar 59,11 persen.

Apabila dilihat dari kecepatan tumbuhnya, Sulawesi menjadi nomor satu, dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,76 persen. Namun, pulau ini baru berkontribusi sebesar 6,34 persen terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Sementara itu Sumatera tumbuh 4,62 persen, dengan porsi 21,31 persen. Lalu Bali dan Nusa Tenggara tumbuh 5,05 persen dengan porsi 3,06 persen. Adapun Kalimantan tumbuh 5,60 persen dengan porsi 8,01 persen.

Maluku dan Papua menjadi satu-satunya pulau yang mengalami pertumbuhan negatif. Pulau ini mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi sebesar 13,12 persen, dengan porsi 2,17 persen. (R02)

Sumber: Akurat.co

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index