Kisah Pilu Empat Bersaudara Ditinggal kedua Orang Tuanya Yang Tewas Dipatuk Ular

Kisah Pilu Empat Bersaudara Ditinggal kedua Orang Tuanya Yang Tewas Dipatuk Ular
Heri, putra tertua kedua korban tewas dipatuk ular.

CIANJUR (RIAUSKY.COM)- Kisah pilu dialami empat anak di Kampung Pasir Kampung, Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. 

Mereka menjadi yatim piatu setelah ayah dan ibu, Maksum (40) dan Nuryani (38), meninggal dunia akibat dipatuk ular welang (Bungarus fasciatus) di kediamannya.

Nuryani, dipatuk ular welang usai melaksanakan ibadah pada Jumat (11/10) lalu. Keesokan harinya, ia mengeluh pandangannya kabur serta merasakan sesak nafas.

Nuryani kemudian memeriksakan kondisinya ke puskesmas dekat kediamannya. Namun, kondisinya malah makin parah. Obat dan makanan tidak bisa dikonsumsinya. Keesokan harinya, dia diketahui sudah tidak bernyawa di kamarnya.

Sedangkan insiden serupa menimpa suaminya setahun lalu. Maksum meninggal dunia diduga dipatuk ular di bagian kaki. Peristiwa itu terhaji pada Sabtu (17/2/2018) lalu, saat tidur siang. Sore harinya, dia diketahui sudah tidak bernyawa.

Rumah pasutri tersebut berada dekat dengan tebing yang diduga menjadi habitat ular berbisa. Binatang melata itu bisa masuk melalui lubang-lubang yang banyak terdapat di rumah tersebut.

Konstruksi rumah maksum tak berlantai keramik dengan luas 3x4 meter. Warga sekitar memutuskan untuk membongkarnya untuk mencari ular sekaligus memperbaiki tembok-tembok yang rusak.

Onih  menuturkan, sebelum meninggal, korban mengaku jari kelingkingnya digigit ular saat tengah tidur di lantai rumah.

“Tangannya sempat membiru dan lemas, besok paginya meninggal dunia,” ucapnya saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Jumat (18/10/2019).

Oni mengaku tidak tahu ular jenis apa yang telah menggigit keponakannya itu, namun informasi yang didapat dari korban, ular tersebut berwarna putih-hitam.

“Kalau suaminya meninggal 1,5 tahun lalu. Sempat sakit dulu enam bulan sebelum meninggal. Juga karena digigit ular, tapi di kebun, kena betisnya,” ujarnya.

Kini, keempat  anak korban ditampung di rumahnya sambil menunggu rumah korban diperbaiki oleh warga dari biaya hasil donasi.

“Tapi saya tidak akan ijinkan mereka kembali lagi ke sana. Anak-anak ini sekarang tinggal di sini saja, apalagi masih ada yang balita,” ucapnya.

Setelah Maksum dan Nuryani meninggal dunia, keempat anaknya saat ini tinggal di rumah Bah Onih. Onih ini pula yang ikut mengurus Nuryani saat mengalami kondisi keracunan bisa.

"Kasihan anaknya. Makanya saya putuskan untuk merawatnya. Khawatir juga kalau ularnya makan korban lagi," kata Onih.(R04)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index