Setelah Cebong dan Kampret Tenggelam, Kini Terbitlah SJW, Apa Itu?

Setelah Cebong dan Kampret Tenggelam, Kini Terbitlah SJW, Apa Itu?
Ilustrasi/net

RIAUSKY.COM - Jagat media sosial acap kali diwarnai oleh perdebatan bebas. Ucapan, ujaran, dan umpatan mengharu-biru. Istilah-istilah baru sering terlontar untuk melabeli pihak tertentu. 

Kini setelah cebong, kampret dan kadrun, kini terbit label 'social justice warrior' atau SJW.

Terpantau dari grafik Google Trends kurun 12 bulan terakhir, dikutip dari detikcom, Sabtu (26/10/2019), pencarian dengan kata kunci 'cebong' di Indonesia terlihat mengalami penurunan. Puncak pencarian terbanyak ada pada 14-19 April 2019, mencapai skala 100 alias paling tinggi dalam popularitas relatif. Namun pada 20-26 Oktober, popularitas pencariannya sudah menurun, menunjukkan angka 17 saja.

Kata 'kampret' juga mengalami puncak pencarian pada 14-20 April 2019. Grafiknya tenggelam pada 20-26 Oktober, popularitas relatifnya menunjukkan angka 21, kurang dari seperempatnya saat mencapai puncak (angka 100) pada bulan April.

Pencarian dengan kata kunci 'SJW adalah' mencapai puncaknya pada 29 September hingga 5 Oktober kemarin. Kata kunci 'social justice warrior adalah' juga terpantau meningkat pada rentang waktu yang sama, bahkan grafik popularitas relatifnya meningkat dari 20 hingga 26 Oktober.

"Social Justice Warrior adalah istilah yang sedang populer, hasil biakan perbincangan media sosial akhir-akhir ini. Jika dilakukan pencarian dengan mesin pencarian Google, tak kurang dari 43 juta lebih bahasan, terkait keberadaan makhluk yang diringkas sebagai SJW ini," kata pemerhati budaya dan komunikasi digital dari LITEROS.org, Firman Kurniawan S, kepada detikcom.

Apa dan siapa SJW?

Ucapan 'SJW' digunakan sebagai cap negatif untuk merendahkan lawan debat di Twitter, Facebook, Instagram, atau media sosial lainnya. Memang begitulah warganet menggunakan istilah SJW, kasar namun nyata.

Bila merujuk pada istilah aslinya, 'social justice warrior', maka maknanya bakal terdengar amat sangat luhur, 'pejuang keadilan sosial'. Namun penggunaannya bukanlah untuk menyanjung, melainkan membenamkan. Istilah SJW mengalami perubahan makna ke arah yang buruk alias peyorasi.

"Nada peyoratif demikian lekat, lantaran di antara pandangan SJW, mengenai feminisme, hak-hak sipil, multikulturalisme, perlindungan lingkungan hingga politik identitas, seringkali dianggap sekedar mencari perhatian publik, dan bukan didorong oleh nilai-nilai yang benar-benar dipahami," tutur Firman, doktor yang berasal dari Universitas Indonesia (UI) ini.

SJW merujuk ke warganet yang idealis, berpegang teguh pada nilai-nilai kemanusiaan dan mengkritisi kondisi yang ada. Realitas yang dikritiknya bisa bertema politik, hukum, antikorupsi, menyelamatkan KPK, isu Papua, hak asasi manusia (HAM), oligarki, feminisme, pelecehan seksual, agraria, hingga isu lingkungan.

Warganet biasa melontarkan cap SJW ke lawan bicaranya di medsos bila warganet yang bersangkutan sudah sebal. Orang yang kena cap SJW biasanya dianggap sok tahu tentang suatu isu namun sangat ngeyel mempertahankan argumennya, berpijak pada nilai-nilai umum namun tidak menyentuh kenyataan yang faktual dan aktual. Akun atau orang yang dicap SJW juga sering dicurigai sebagai antek kepentingan asing, dapat dana dari asing, atau punya misi jahat.

Label SJW juga disematkan untuk 'keyboard warrior' alias pengguna medsos yang hanya beraksi di media sosial tanpa pernah menjadi aktivis di dunia nyata. Tentu saja pemahaman ini berasal dari sudut pandang orang yang melontarkan cap SJW secara semena-mena, tak peduli setulus dan selogis apapun orang yang kena cap itu.

"Implikasi kontroversi SJW adalah perdebatan-perdebatan yang sering kali tak berbasis pengetahuan utuh, melainkan tarik urat, atau adu kekuatan jempol di media sosial, yang sifatnya permukaan," kata Firman.

Menurut kamus daring Oxford, social justice warrior adalah 'seseorang yang mengemukakan atau mempromosikan pandangan sosial yang progresif'. Di sini maknanya tidak terbatas pada akun-akun di internet saja. Secara umum, sikap-sikap progresif adalah bertolak belakang dengan sikap konservatif. Definisi dari kamus daring Oxford terdengar baik-baik saja, namun sayangnya 'social justice warrior' digolongkan sebagai kata benda 'informal' yang 'derogatory' atau 'menghina/merendahkan'. (R01)

Sumber: Detik.com

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index