Punya Pesona yang Menawan, Pantai Desa Semukut Simpan Cerita Pilu Tentang 'Kampung Hilang'

Punya Pesona yang Menawan, Pantai Desa Semukut Simpan Cerita Pilu Tentang 'Kampung Hilang'
Pantai Kayu Ara di Desa Semukut, Kepulauan Meranti, Riau. (Foto: IST.)

SEMUKUT (RIAUSKY.COM) - Dibalik keindahannya, pantai Kayu Ara Desa Semukut yang masih alami ini menyimpan sebuah cerita pilu, tentang 'kampung hilang' yang ditelan abrasi.

Cerita itu pula yang diungkap Siti Salmah, putri asli Desa Semukut yang Kepulauan Meranti, Riau, yang bersama pegiat-pegiat Komunitas Matahari Sastra Riau ‘pulang kampung’ pada 29-30 November 2019 lalu dalam rangka Sastrawan Jelau Tanah Jantan. 

“Saya mencintai kampung ini, dan saya ingin Semukut menjadi ingatan bagi banyak orang,” ujar Siti Salmah.

Saat ini selain aktif di kegiatan kesenian, Siti Salmah juga mengelola sebuah penerbit independen di Riau bernama Salmah Publishing.

Pada kesempatan itu, Komunitas Matahari Sastra memberikan donasi sejumlah buku bacaan untuk menambah koleksi Perpustakaan Desa Semukut yang baru diresmikan serangkai dengan kegiatan dialog sastra, pentas seni, dan pengajaran sastra di Madrasah Aliyah Hidayatul Mubtadiin, Semukut.

Ketua Komunitas Matahari Sastra Griven H. Putera menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Desa Semukut dan Kepala Madrasah serta pihak lainnya di Semukut yang telah menyambut kehadiran mereka dengan antusias.

“Tujuan kami berkunjung, selain untuk silaturahim, juga ingin memotivasi generasi muda semukut agar mencintai buku, gemar membaca dan menulis,” ungkap Peraih Anugerah Sagang Kategori Buku Pilihan tahun 2019.

Menurut Griven, dengan bersastra membuat orang berbudi. Sesuai motto Tim Matahari Sastra, dengan sastra hidup berbudi, dengan karya hidup abadi, dibingkai agama baru berarti.

“Maka diharapkan siswa-siswi madrasah memiliki kemampuan bersastra agar hidup berbudi dan berkarya sesuai dengan nilai agama,” ungkapnya.

Kepala Madrasah Hidayatul Mubtadiin, Tatang Hadi, mengucapkan terima kasih karena para sastrawan Riau yang telah sudi berkunjung ke MA Hidayatul Mubtadiin.

“Semoga materi menulis sastra di kelas dan eksplorasi di alam terbuka yang dilakukan para sastrawan dapat memotivasi siswa agar semakin gemar membaca dan menulis,” ungkap Tatang.

Hadir pada kesempatan itu sejumlah sastrawan Riau, seperti TM Sum, Zamhir Arifin, Bambang Kariyawan, Riki Utomi, Siti Salmah, Eko Ragil Ar-Rahman, Muhammad de Putra, Tengku Mihammad Fauzi
 Mahdi al-Mahdeli.

Di pihak sekolah, selain kepala madrasah juga hadir Wakil Kepala serta Majelis Guru, Siswa, bukan saja dari MA Hidayatul Mubtadiin tapi juga dari SMP se Kecamatan Pulau Merbau.

Sastrawan masuk sekolah dan pentas seni itu juga bersempena kegiatan perpisahan PPL mahasiswa STAI Selatpanjang.

Selain pembacaan puisi oleh para sastrawan Riau juga ditampilkan beberapa penampilan seni seperti tari persembahan, pencak silat, dance ala anak madrasah serta pembacaan puisi oleh siswa.

Berwisata ke Pantai Kayu Ara

Seusai kegiatan sastra di MA Hidayatul Mubtadiin, Kepala Desa Semukut, Ibrahim, S.Pd., dan Kepala Madrasah Tatang Hadi mengajak para sastrawan berwisata ke Pantai Kayu Ara (kampung yang sudah ditinggalkan penduduknya sebab pantai dikikis abrasi–red.).

Di samping menikmati pemandangan pantai yang indah, para sastrawan juga melihat masjid dan rumah-rumah yang sudah ditinggalkan penduduk.

Dari Kampung Kayu Ara, para sastrawan pun beranjak melihat secara langsung Bangsal Pembuatan Arang di tepi Selat Rengit. (R16)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index