Moeldoko: Cuma Ada Tiga Pejabat yang Boleh Mengatasnamakan Istana, ''Jadi Jangan Dikit-dikit Istana...''

Moeldoko: Cuma Ada Tiga  Pejabat yang Boleh Mengatasnamakan  Istana, ''Jadi Jangan Dikit-dikit Istana...''
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko.

JAKARTA (RIAUSKY.COM)- Wakil Ketua Komisi IV DPR Daniel Johan mempertanyakan maksud dari Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko.

Moeldoko menyebut hanya ada tiga pejabat yang bisa berbicara mengatasnamakan Istana.

Tiga pejabat yang dimaksud adalah Moeldoko sendiri, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno, dan Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung.

Daniel kemudian mempertanyakan peran dari juru bicara Presiden, yang kini dijabat Fadjroel Rahman.

"Jadi peran jubir apa ya? Mewakili Presiden?" tanya Daniel ketika dihubungi Tribunnews, Jumat (13/11/2020).

Politikus PKB tersebut juga menyinggung apa sebenarnya perbedaan pernyataan Presiden dengan pernyataan dari Istana.

Daniel menilai hal ini harus dijelaskan kepada publik dan khalayak luas, agar semuanya paham serta tak menimbulkan polemik.

"Jadi apakah beda dengan Istana?"

"Lalu apa bedanya Presiden dengan Istana ya?"

"Bagusnya diperjelas saja biar masyarakat paham," saran Daniel.

Sebelumnya, Kepala Staf Presiden Moeldoko mengatakan, tidak semua pejabat di lingkungan Istana Kepresidenan, merepresentasikan Istana.

Menurut Moeldoko, yang bisa berbicara mengatasnamakan Istana hanya tiga orang.

Yakni, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan ia sendiri sebagai Kepala Staf Presiden.

"Kita sepakati dulu bahwa kalau mengatasnamakan Istana."

"Itu representasinya kalau di staf presiden, satu Mensesneg, kedua Menseskab, lalu KSP," kata Moeldoko di Kantor Staf Presiden, Kamis (12/11/2020).

Termasuk, menurut Moeldoko, para deputi dan tenaga ahli utama di Kantor Staf Presiden.

Pernyataan mereka tidak merepresentasikan Istana, melainkan Kantor Staf Presiden.

"Jadi kalau tenaga ahli KSP berbicara atas nama Kantor KSP, bukan atas nama Istana."

"Ini sering kadang-kadang media semua orang yang berbicara di KSP itu Istana," tuturnya.

Menurut Moeldoko, tidak semua kesalahan di lingkungan Istana menjadi tanggung jawab Presiden.

Misalnya apabila ada kesalahan pernyataan dari tenaga ahli utama KSP.

Maka, itu merupakan tanggung jawabnya, bukan tanggung jawab Presiden.

"Intinya bahwa semuanya itu yang ingin saya garisbawahi, jangan dikit-dikit Istana," ucapnya.

Terkait dengan staf khusus Presiden, menurut Moeldoko sebaiknya ditanyakan kepada Koordinator Staf Khusus Presiden, yakni Ari Dwipayana.

Karena, menurut dia, Staf Khusus Presiden bukan berada di bawah Kantor Staf Presiden.

"Kalau berkaitan para staf khusus ini, sebenarnya staf khusus kan ada koordinatornya ya."

"Saya juga enggak etis mengomentari itu."

"Jadi saran saya untuk bertanya ke Pak Ari ya, Pak Ari Dwipayana, untuk minta penjelasan."

"Karena jangan sampai nanti ada perbedaan-perbedaan dalam persepsi."

"Saya mohon maaf untuk itu," tuturnya.

Moeldoko mencontohkan adanya pegawai di KSP yang terjangkit Covid-19, dan kasus sepeda dari Daniel Mananta yang diberikan kepada KSP.

Presiden, menurut Moeldoko, tidak mengatahui persoalan tersebut, namun ditulis Istana, sehingga seakan-akan Presiden mengetahuinya.

"Seperti yang kemarin itu masalah sepeda."

"Sepeda kemarin, saya harus jujur bahwa Presiden enggak ngerti apa-apa."

"Tetapi karena beritanya sudah salah kutip seperti itu, akhirnya kita menjadi, saya khususnya, menjadi kalang kabut."

"Saya harus jujur, saya mohon maaf hal-hal seperti itu, saya harus jujur."

"Tapi semua dalam tanggung jawab saya selaku Kepala Staf Kepresidenan."

"Dan yang berbicara atas nama Istana adalah Pak Pratikno, Pak Pramono, dan KSP.

"Biar nanti clear ini," bebernya.(R04)

Sumber Berita: wartakota.com/tribunnews.com


 

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index