Luhut Ungkap 'Harta Karun' RI yang Diekspor Tak Jelas

Luhut Ungkap 'Harta Karun' RI yang Diekspor Tak Jelas
Luhut Binsar Pandjaitan/net

JAKARTA (RIAUSKY.COM)- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, menginginkan penataan ekspor. Ia melihat banyaknya hasil bumi yang langka khususnya mineral tanah jarang atau rare earth yang diekspor secara tidak jelas. Rare earth selama ini jadi 'harta karun' Indonesia yang potensial.

"Karena di sana banyak rare earth yang diekspor dengan tidak jelas. Dan kemarin satu ada yang ditangkap itu ternyata didapat apa di dalam apa, tapi yang dilaporkan beda," kata Luhut dalam Peluncuran Aksi Pencegahan Korupsi Stranas PK 2021- 2022, Selasa (13/4/2021).

Saat ini pelanggar itu sudah diproses di Bea Cukai. Modusnya dengan memberikan laporan palsu, beda dengan apa yang didapat. Luhut mau banyak pihak yang terlibat dalam melakukan pencegahan korupsi.

"Saat ini sudah dengan Pak Askolani (Dirjen Bea Cukai) dengan Bea Cukai sudah diproses. Kita mau yang mengurusi hal ini banyak yang terlibat agar bekerja secara cepat," jelasnya.

Sebelumnya, ekspor tanah jarang ini memang sempat ramai dibicarakan. Usai pemerintah China menjatuhkan sanksi ke perusahaan asal Amerika Serikat, Lockheed Martin.

Serangan China ke Lockheed diperkirakan mengancam industri strategis senjata AS, terutama pasokan logam tanah jarang atau rare earth. Antara tahun 2004 sampai 2017, China mengekspor sekitar 80% tanah jarang ke AS. Hanya ada sedikit alternatif karena China memiliki 37% persediaan tanah jarang global dan punya fasilitas produksi memadai.

Perusahaan Lockheed membuat rudal canggih yang menggunakan logam tanah jarang dalam sistem panduan mereka dan sensor. Mineral ini penting digunakan dalam berbagai tujuan baik untuk sipil maupun militer seperti chip dan senjata. Gangguan ini membawa berkah kepada Indonesia yang memiliki pasokan logam tanah jarang yang besar.

PT Timah memiliki mineral ikutan berupa monasit, zirkon, ilmenit, dan rutil. Di dalam mineral ikutan monasit, jika kembali di pecah, maka akan terdapat mineral radioaktif yakni thorium dan logam tanah jarang.

Perusahaan masih melakukan revalidasi cadangan dari mineral monasit dan mineral yang menjadi bahan pengolahan tanah jarang ini.

Saat ini China masih mendominasi pasar logam tanah jarang. Monopoli China dalam produksi logam tanah jarang tidak hanya memberinya keunggulan strategis atas negara-negara yang sangat bergantung pada komoditas tersebut, seperti AS yang mengimpor 80% logam tanah jarangnya dari China.(R02)

Sumber Berita: cnbcindonesia.com

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index