Banyak yang Mengeluh Tak Bisa Suntik Vaksin Dosis Kedua karena Stok Kosong, Ini Penjelasan Kementerian Kesehatan

Banyak yang Mengeluh Tak Bisa Suntik Vaksin Dosis Kedua karena Stok Kosong, Ini Penjelasan  Kementerian Kesehatan
Vaksin tiba di bandara Sorkarno Hatta beberapa waktu lalu. Foto tak terkait berita./ Sumbe Foto: Kementerian kominfo RI

JAKARTA (RIAUSKY.COM)- Di media sosial dan kolom komentar unggahan tentang vaksinasi, banyak masyarakat yang mengeluhkan kosongnya stok vaksin di daerah mereka sehingga ada yang kesulitan untuk mendapatkan suntikan vaksin Covid-19 dosis kedua. 

Keluhan itu salah satunya disampaikan pada unggahan di akun Instagram Kompas.com, @kompascom. Keluhan yang sama juga bisa ditemukan di berbagai unggahan platform media sosial, seperti Twitter dan Facebook. 

Bagaimana kondisi stok vaksin di Indonesia? 

Pada Ahad (1/8/2021), Indonesia kembali kedatangan vaksin Covid-19. 

Vaksin yang datang adalah vaksin Moderna pemberian dari Pemerintah Amerika Serikat melalui Covax Facility sebanyak 3,5 juta dosis. 

Sementara itu, 620.000 dosis vaksin AstraZeneca yang merupakan hasil kerja sama bilateral Indonesia dan Inggris akan tiba pada Senin (2/8/2021). 

"Dalam catatan Kementerian Luar Negeri, Indonesia telah menerima, di titik ketibaan, sejumlah 178.357.880 dosis vaksin. Yang terdiri dari vaksin curah atau bulk sebesar 144.700.280 dan vaksin jadi sebesar 33.657.600 dosis," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam jumpa pers virtual, Ahad (1/8/2021). 

Dari jumlah dosis vaksin yang diterima tersebut, mengapa masih banyak daerah yang kehabisan stok vaksin Covid-19 dosis kedua? 

Kemenkes: masih perlu diolah 

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, sebagian besar vaksin yang dikirim ke Indonesia adalah vaksin dalam bentuk bahan baku atau bulk.

Oleh karena itu, masih harus melalui beberapa tahap untuk menjadi vaksin.

Seluruh bahan baku ini harus melalui tahap filled and finished di fasilitas Bio Farma.

"Beberapa kendala yang terjadi adalah vaksin yang diterima harus diproses menjadi vaksin jadi dan diperiksa quality control," ujar Nadia kepada Kompas.com, Minggu (1/8/2021).

Tahap ini dilakukan demi memastikan vaksin memiliki kualitas yang memenuhi syarat dan sesuai dengan standar yang berlaku sebelum didistribusikan.

Proses dosis bulk menjadi vaksin jadi membutuhkan waktu yang tidak singkat.

"Butuh waktu dua sampai tiga minggu. Jadi tidak bisa langsung digunakan," kata Nadia.

Kekosongan vaksin

Nadia menjelaskan, kekosongan stok vaksin di beberapa daerah karena produksi yang terbatas.

Penambahan kelompok usia penerima vaksin juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi distribusi vaksin.

Tidak ada pembatasan kriteria penerima vaksin seperti pada periode awal vaksinasi. Hal ini mengakibatkan stok vaksin, terutama dosis kedua, masih kosong di beberapa daerah.

"Terkait kekosongan vaksin kemarin, (ini karena) proses produksi yang hanya 3-5 juta. Di mana sejak Juli, vaksinasi diberikan pada usia lebih dari 12 tahun tanpa pembatasan kriteria seperti pada periode 1," jelas Nadia.

Toleransi dosis kedua

Jika seseorang terlambat atau mendahului dari jadwal vaksinasi, respons tubuh terhadap vaksin menjadi tidak optimal.

Nadia mengatakan, menurut hasil uji klinis, angka titer antibodi tertinggi terjadi pada hari ke-28. Kemudian, akan menurun setelah 7-10 hari kemudian.

"Untuk toleransi batas dosis kedua maksimum 14-28 hari, tetapi lebih cepat lebih baik," kata Nadia.

Bagi mereka yang sakit saat menanti dosis kedua, masih bisa mendapat vaksinasi setelah kondisi tubuh pulih.

"Kita alami juga kalau seseoarang yang kondisinya tidak sehat atau sedang sakit selain non- Covid, tetap dapat meneruskan vaksinasi dosis keduanya," ujar dia.(R02)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index