Playing Victim, Kenali Arti, Ciri-Ciri, dan Cara Menghadapinya

Playing Victim, Kenali Arti, Ciri-Ciri, dan Cara Menghadapinya
Ilustrasi/net

JAKARTA (RIAUSKY.COM) - Playing victim adalah perilaku seseorang yang selalu merasa dirinya adalah “korban” dan kerap menyalahkan pihak lain atas segala masalah yang terjadi di hidupnya. Agar tidak terjebak dalam perilaku playing victim yang bisa merugikan banyak pihak, penting untuk mengenali ciri-ciri playing victim dan cara menghadapinya dengan bijak.

Sikap playing victim memang bukan tergolong sebagai gangguan jiwa, tetapi perilaku ini bisa menjadi masalah psikologis yang kurang baik untuk dilestarikan. Sikap ini bisa disebabkan oleh banyak hal, mulai dari pola pikir yang salah, pola asuh yang kurang tepat semasa kecil, gangguan kepribadian, tekanan mental dan emosional, hingga kurangnya coping mechanism yang baik dalam menghadapi masalah.

Selain karena masalah psikologis di atas, playing victim terkadang juga bisa menjadi tanda kesehatan mental, seperti borderline personality disorder (BPD), gangguan kepribadian narsistik, dan gangguan stres pasca trauma (PTSD). Bila dibiarkan, perilaku ini bisa menimbulkan perasaan frustasi, putus asa, stres, bahkan depresi.

Tidak hanya berdampak pada diri sendiri, perilaku playing victim juga akan membebani orang-orang di sekitarnya yang percaya bahwa mereka adalah “korban” dari setiap masalah. Oleh karena itu, penting untuk mengenali ciri-ciri playing victim dan cara menghadapinya.

Memahami Arti Playing Victim
Dalam menghadapi masalah, orang yang playing victim atau memiliki victim mentality selalu menganggap dirinya adalah korban dan memanipulasi orang lain untuk mempercayainya agar ia mendapat perhatian atau simpati. Ia juga dengan sengaja  menyalahkan orang lain atas suatu kesalahan yang diperbuatnya.

Sikap playing victim dalam berhubungan dengan orang lain, baik hubungan asmara, keluarga, maupun pertemanan, bisa mengarah ke hubungan toksik. Karena selalu merasa menjadi “korban”, orang yang suka playing victim bisa membuat orang lain merasa bersalah. Hal ini bisa menimbulkan banyak kesalahpahaman dan memicu stres bagi pihak yang terlibat.

Ada beberapa alasan mengapa seseorang bersikap playing victim, misalnya untuk melindungi dirinya sendiri, agar tidak disalahkan oleh orang lain, dan tidak mau bertanggung jawab atas kesalahannya.

Orang yang playing victim memiliki 3 mindset utama yang tertanam di benaknya, yaitu hal-hal buruk telah terjadi dan akan terus terjadi, orang lain atau keadaan harus disalahkan atas masalah yang dihadapinya, dan tidak ada gunanya memperbaiki situasi atau kondisi dalam kehidupan karena tidak akan ada yang berubah.

Ciri-Ciri Playing Victim
Ada beberapa ciri-ciri playing victim yang perlu dikenali. Dengan begitu, Anda bisa menilai orang lain bila memiliki sikap playing victim dan segera mengambil langkah-langkah untuk menghadapinya. Berikut ini adalah ciri-ciri playing victim:

1. Selalu menyalahkan pihak lain
Ciri-ciri utama playing victim adalah sering menyalahkan pihak lain ketika terjadi suatu kesalahan atau masalah dalam hidupnya, baik di lingkungan pekerjaan, rumah, atau pun masyarakat. Orang yang playing victim memiliki kesenangan tersendiri saat orang lain merasa bersalah atas kesalahan yang diperbuatnya.

Pada kasus yang ekstrim, orang yang memiliki kebiasaan ini juga mungkin tak segan untuk melakukan gaslighting.

2. Menghindari tanggung jawab
Orang yang playing victim juga sering menolak untuk bertanggung jawab atas kesalahannya dan selalu membuat alasan seolah dirinya tidak terlibat. Untuk membela dirinya, ia tak hanya melimpahkan kesalahan pada orang lain tetapi juga suka bersikap bahwa dirinya seolah-olah yang justru menjadi “korbannya” agar orang lain percaya dengannya.

Bila ada orang lain yang ingin membantunya, ia biasanya menolak tawaran tersebut dan memang tidak ingin memperbaiki masalah yang dihadapinya. Orang yang playing victim hanya butuh orang lain berada dipihaknya dan mengasihani dirinya.

3. Selalu merasa dirinya tidak berdaya
Banyak orang yang playing victim menunjukkan bahwa dirinya lemah dan tidak berdaya untuk menyelesaikan masalah atau memperbaiki suatu kesalahan yang terjadi. Padahal bukannya tidak mampu, ia sebenarnya memang tidak mau melakukannya.

Orang-orang yang sering playing victim suka menempatkan diri sebagai korban dan secara sadar memilih untuk menyalahkan orang lain. Mereka juga kerap merasa enggan untuk berubah karena merasa perilaku ini akan memberi lebih banyak keuntungan dalam hidupnya.

4. Sering membicarakan hal-hal negatif tentang dirinya sendiri
Playing victim juga ditandai dengan orang yang selalu berbicara negatif tentang dirinya sendiri dengan harapan orang lain akan merasa kasihan padanya. Contohnya, “segala sesuatu yang buruk selalu terjadi padaku”, “aku pantas untuk menerima hal buruk”, atau “tidak ada yang peduli dan sayang padaku”.

Seiring berjalannya waktu, mindset negatif tersebut bisa menyulitkan diri sendiri untuk keluar dari masalah yang sedang dihadapi. Boleh dibilang, ia secara sadar memanipulasi dirinya sendiri agar tidak melakukan upaya apa pun untuk memperbaiki situasi yang buruk.

5. Kurang percaya diri
Orang yang hanya melihat dirinya sebagai korban juga mungkin sebenarnya tidak memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Sebagai contoh, di dalam pikirannya ia merasa bahwa dirinya tidak cukup pintar untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik atau tidak cukup berbakat untuk sukses.

Pikiran ini bisa jadi muncul karena ia pernah berusaha mencapai apa yang diinginkannya tetapi gagal dan melihat dirinya sebagai korban. Perspektif negatif inilah yang bisa membuatnya sulit untuk mencapai tujuan baru. Di sisi lain, ia juga mungkin tidak senang melihat orang lain memiliki pencapaian dan sukses.

Cara Menghadapi Orang yang Playing Victim
Dalam kehidupan sehari-hari, mungkin sulit untuk menghadapi orang yang memiliki sikap playing victim. Meski menjengkelkan, ingatlah bahwa orang yang perilakunya toksik ini mungkin pernah menghadapi peristiwa yang menyakitkan dan menyulitkan dalam hidupnya, sehingga ia mengembangkan sikap playing victim.

Agar tidak salah langkah dan justru memperburuk keadaan, berikut ini adalah beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk menghadapi orang yang playing victim secara bijak:

Jangan terlalu cepat memberikan validasi “korban” ke orang lain yang sedang menceritakan bahwa dirinya lah yang tersakiti.
Tetap tunjukan sikap empati.
Biarkan orang tersebut berbicara dan berbagi perasaan.
Jangan biarkan diri Anda terjebak dalam cerita dari sudut pandang orang yang playing victim. Tetaplah objektif dan cari fakta sendiri dari beberapa orang yang terlibat dalam ceritanya tersebut.
Jangan meminta maaf bila Anda merasa bukan Anda yang harus disalahkan.
Sebaiknya, hindari “menyerang” orang yang playing victim dan tetaplah bersikap tenang.
Bila dirasa sikapnya telah mengganggu dan berlebihan, ajaklah untuk berbicara dengan psikolog untuk menemukan solusi yang tepat.
Playing victim bukanlah sikap yang dimiliki sejak lahir. Sikap ini bisa muncul sebagai akibat dari trauma masa lalu atau mindset yang salah. Jadi, sikap playing victim masih bisa diubah dan diperbaiki perlahan-lahan melalui terapi psikologis.

Oleh karena itu, jangan ragu menyarankan orang terdekat atau mungkin Anda sendiri untuk berkonsultasi ke psikolog, terutama bila pernah mengalami kejadian yang traumatis dan tidak menemukan cara untuk mengatasi tekanan batin. Nantinya, psikolog bisa membantu menemukan penyebab dari munculnya sikap playing victim dan memberikan terapi yang tepat untuk mengatasinya.(R04)
Sumber Berita : alodokter.com

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index