Bila ke Wuhan China, Jangan Lupa Berkunjung ke Lily Airways, ASLI MILIK Indonesia

Bila ke Wuhan China, Jangan Lupa Berkunjung ke Lily Airways, ASLI MILIK Indonesia
Kemewahan saat menikmati makanan di restoran Lily Airways di Wuhan China. Anda makan di bangkai pesawat Batavia Air.

JAKARTA (RIAUSKY.COM) - Diam-diam, Batavia air menjual pesawatnya ke China. Pesawat yang dulunya sempat jadi salah satu ikon penerbangan domestik dan luar negeri itu kini disulap menjadi restoran mewah bagi pecinta kuliner.

 
Ya, beberapa pesawat Batavia yang bangkainya selama ini terungguk di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta kini sudah disulap dan beralih fungsi menjadi sebuah restoran mewah di Provinsi Wuhan, China.
 
Bangkai pesawat Batavia ini dibeli seorang pengusaha kuliner asal China, Li Liang. Baru-baru ini, dia membuka restoran pesawat di Provinsi Wuhan. 
 
Restoran yang dinamakan dengan ' Lily Airways' ini menggunakan area kabin sebuah Boeing 737 tua. milik Batavia Air. 
 
Li memperoleh pesawat tersebut dari maskapai Indonesia, Batavia Air, pada Mei 2015 lalu. Namun rumitnya prosedur membuat Li menghabiskan waktu selama enam bulan guna memboyong pesawat tersebut ke China.
 
"Pembongkaran, pelabuhan, pengiriman, izin usaha dan dagang, semua prosedur ini tidak pernah dilakukan oleh siapapun sebelumnya, yang berarti saya melakukannya satu persatu," kata Li, dilansir dari Oddity Central.
 
Ia pun menambahkan bahwa Boeing 737 itu harus dibongkar delapan kali dalam perjalanannya selama empat bulan dari Indonesia ke Wuhan.
 
Potongan-potongan pesawat itu kemudian diangkut menggunakan 70 kontainer, melalui beberapa kali pengiriman. Hal itu membuat Li merogoh kocek hingga tiga juta yuan atau hampir Rp5,9 miliar. Sedangkan, untuk biaya pesawatnya sendiri ia harus membayar sebesar 5 juta yuan atau sekitar Rp9,9 miliar. Biaya yang cukup fantastis itu pun kemudian menjadikan restoran tersebut sebagai yang paling mahal di dunia.
 
Ruang makan restoran yang berlokasi di Optics Valley Pedestrian Street ini terletak di bagian kabin pesawat, sedangkan area kokpit telah diubah menjadi simulator penerbangan dimana pengunjung dapat merasakan pengalaman 'menerbangkan' pesawat.
 
Soal harga makanan, Li menyebut harga kisaran 200 sampai 300 yuan atau Rp400-600 ribu per orang, sedangkan untuk mencoba simulatornya ia memberi harga 300 hingga 400 yuan atau Rp600-800 ribu. (R01/CNN)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index