Gara-gara Narkoba, Rumah Tangga Bunga Hancur Berantakan

Gara-gara Narkoba, Rumah Tangga Bunga Hancur Berantakan

TEMBILAHAN (RIAUSKY.COM) - Sore masih bergayut mendung ketika saya mengunjungi Taman Kota Swarna Bumi (Sekedar Penamaan, red) Awal bulan Januari lalu. Hujan baru saja reda. Bercak-bercak air masih tersisa di ujung dedaunan pada pohon-pohon yang berjajar di jalan setapak taman. Kedatangan saya ke taman itu seolah disambut barisan aneka pepohonan dan bunga-bunga yang berwarna-warni.

 
Lima belas langkah menyusuri jalan menuju tengah taman, pandangan saya tertuju pada seorang wanita berbaju merah hati yang duduk sendiri di ujung utara taman, tepatnya di balik panggung pertunjukkan taman sambil tertunduk lesu.
 
Selain bermaksud untuk menggoda sang wanita, penasaran dengan apa yang Dia lakukan seorang diri di taman kota yang sunyi saya pun melangkah maju mendekati sang wanita. "Ehem... Sendiri aja, mbak?. Ngomong-ngomong lagi ngapain, mbak?," ujar saya melontarkan pertanyaan-pertanyaan klise dengan maksud mengawali," tahapan gombal".
 
"Pergi, jangan ganggu saya," bentak sang wanita yang perlahan menoleh ke arah saya. Saya pun terperanjat dan berkata dalam hati saya, "galak juga ini cewek,". Setelah saling tatap, saya sedikit terkejut ketika melihat air mata yang berlinang di wajah sang wanita. Refleks saya menanyakan musabab tangisan wanita tersebut seraya mengambil posisi duduk disampingnya, "Ada apa, mbak?. Kok nangis?," ucap saya dengan nada rendah.
 
"Kepo (Selalu ingin tahu, red)," ucap sang wanita ketus. "Ya, mana tau saya bisa bantu, mbak," balas saya sambil memberikan sehelai tisu yang berada di saku baju kemeja yang saya kenakan.
 
Tiba-tiba tetesan air mata sang wanita semakin bercucuran membasahi pipi yang putih halus sedikit tembam itu. "Lah, kok malah jadi tambah nangis, mbak?. Memangnya saya salah apa, mbak, salah ngomong ya?," tukas saya yang terkejut sekaligus kebingungan dengan reaksi sang wanita setelah saya tanya.
 
"Gak mas, mas gak salah kok?," jawabnya. "Terus," balas saya. "Mas mau dengar cerita saya?," tanyanya kembali pada saya. "Oh, tentu mbak, cerita aja. Tapi sebelumnya boleh tahu gak namanya, mbak?," saya mempersilahkan sang wanita bercerita kepada saya sambil menanyakan nama wanita tersebut. "Nama saya Bunga (Bukan Nama Sebenarnya)," jawabnya.
 
Suami Yang Terjerumus  "Lingkaran Setan" Narkoba
 
Setengah jam berlalu sejak kedatangan saya ke Taman Kota Swarna Bumi, waktu saat itu menunjukkan pukul 17.00 Wib.
 
Bunga pun memulai ceritanya. "Suami saya, Mas?," kata Bunga. Sontak saya terkejut seolah tak percaya bahwa wanita yang terlihat sebaya dengan saya ini telah bersuami dan berkata dihati, "Astaghfirullah, ternyata wanita ini sudah bersuami, salah orang saya,". "Memang suami mbak kenapa?," tanya saya yang saat itu sempat berpikir untuk segera pergi meninggalkan Bunga  setelah tahu bahwa dia adalah istri orang, tapi kondisi saat itu sangat tidak memungkinkan karena cerita baru akan dimulai oleh Bunga.
 
"Kisah ini berawal enam tahun yang lalu, waktu itu saya berusia 20 tahun dan suami saya juga demikian. Kami telah berpacaran sejak SMA. Saat itu, kami berdua memutuskan untuk menikah," tutur Bunga sambil mengusap air mata yang terus meleleh dari mata bulat dan bulu mata lentiknya dengan tisu yang tadi sempat saya berikan.
 
"Tahun pertama hingga tahun keempat, pernikahan kami berjalan langgeng. Kata-kata mesra masih sering terucap, baik dari saya maupun dari suami saya. Tapi ditahun kelima, saya mulai merasa ada perubahan yang terjadi dengan suami saya. Dia (sang suami, red) mulai sering pulang pagi dengan alasan ada urusan pekerjaan. Selain itu, Dia  mulai suka membentak saya, kalau saya memintanya untuk segera pulang, ya sedikit gampang marah mas. Selain itu, Dia juga kerap terlihat menyendiri, gak bisa diganggu dan terkadang seperti orang yang ketakutan. Saat saya tanya kenapa, Dia tidak pernah mau bilang mas," ungkap Bunga dengan sedikit terisak karena habis menangis.
 
"Singkat cerita, di awal tahun keenam pertengkaran besar pun terjadi di antara kami berdua, yang mana saat itu menurut informasi, baik yang berasal dari teman saya maupun teman suami saya mengatakan bahwa suami saya mengonsumsi narkoba. Saya sebenarnya telah curiga bahwa ada sesuatu hal yang negatif yang tengah dilakukan oleh suami saya. Tapi, saya tidak menyangka bahwa hal tersebut adalah mengonsumsi Narkoba. Padahal, dulu Dia adalah orang yang dapat dikatakan cukup ta'at beribadah," sambung Bunga.
 
Dalam pertengkaran tersebut Bunga mengaku bahwa dirinya mendapatkan pukulan berupa tamparan dari suaminya. Dan setiap kali bertengkar Bunga mengaku bahwa dirinya selalu diperlakukan kasar oleh suaminya.
 
Harta Benda Ludes Terjual
 
Masuk kepertengahan tahun keenam pernikahannya Bunga mengatakan bahwa seluruh harta benda dirumah mereka ludes terjual. "Ya, kelihatannya pengaruh negatif barang haram tersebut telah membuat suami saya lupa akan segalanya. Saat itu perekonomian keluarga kami hancur lebur, tidak hanya pertengkaran, pemukulan yang terjadi, tetapi juga dia mulai menjual barang-barang yang ada dirumah. Dan uang hasil penjualan tersebut dipergunakannya untuk membeli barang haram tersebut," jelas Bunga secara lebih rinci.
 
"Akhirnya di penghujung tahun Keenam pernikahan, saya memutuskan untuk mengakhiri bahtera rumah tangga kami. Saya meminta perceraian dan menggugat suami saya di Pengadilan Agama Tembilahan. Karena saya benar-benar sudah tidak tahan lagi dengan kelakuannya (suami bunga, red) mas," tandas Bunga yang kembali berlinangan air matanya karena tak kuasa menahan rasa haru dihatinya.
 
Dampak Psikososial Pengguna Narkoba
"Sudah, sudah mbak, cukup ceritanya. Jangan nangis lagi. Saya mengerti apa yang mbak alami dan perasaan mbak. Memang barang laknat (Narkoba) tersebut telah banyak merugikan orang-orang tak bersalah seperti mbak," bujuk saya kepada bunga agar menghentikan cerita dan tangisannya.
 
Mengenai dampak negatif yang ditimbulkan oleh Narkoba, Saya memang sempat membaca beberapa literatur tentang hal tersebut. Dimana dampak psikososial bagi pengguna yang ditimbulkan oleh barang haram tersebut memang begitu dahsyat seperti kecenderungan untuk menyendiri, emosi yang "meledak-ledak", rasa takut yang berlebihan (Paranoid), dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut pada akhirnya akan menggangu interaksi sosial individu pengguna dengan lingkungannya, termasuk dengan keluarganya sekalipun. Yang pada akhirnya memberikan konsekwensi retaknya rumah tangga, seperti yang dialami Bunga.
 
Sebenarnya masih banyak dampak lainnya yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan narkoba, selain dampak psikososial karena memang penyalahgunaan narkoba berdampak sistemik bagi para penggunanya.
 
Alternatif Solusi Penanganan Dampak Psikososial Pengguna Narkoba
 
Menurut referensi yang saya dapatkan, pembinaan bagi para pengguna narkoba akan lebih efektif jika melalui panti rehabilitasi. Seperti juga yang diamanatkan oleh Undang-undang No. 35 Tahun 2009, yang pada dasarnya mempunyai 2 (dua) sisi, yaitu sisi humanis kepada para pecandu narkotika, dan sisi yang keras dan tegas kepada bandar, sindikat, dan pengedar narkotika. Sisi humanis itu dapat dilihat sebagaimana termaktub pada Pasal 54 UU No. 35 Tahun 2009 yang menyatakan, Pecandu Narkotika dan korban penyalagunaan narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
 
Hal ini berarti, bukanlah lembaga pemasyarakatan yang diperlukan oleh para pengguna narkoba yang notabene merupakan korban dari penyalahgunaan narkoba.
 
Berdasarkan pernyataan Kasubsi Pelaporan dan Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Tembilahan beberapa waktu lalu, terdapat sekitar 60 persen narapidana kasus narkoba dari total sekitar 500 lebih narapidana disana.
 
Maka dari itu, selain dibutuhkan keseriusan juga dibutuhkan pemahaman oleh pemerintah, khususnya pemerintah daerah terkait penanganan kasus narkoba, baik bagi pecandu, korban, kurir maupun bandar. Agar permasalahan narkoba dapat terselesaikan dan bagi korban penyalahgunaan narkoba mendapatkan penanganan yang tepat. (R17)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index