Kisah Tiga Anak Yatim yang Dicabuli Pamannya Secara Bergantian Selama Bertahun-Tahun

Kisah Tiga Anak Yatim yang Dicabuli Pamannya Secara Bergantian Selama Bertahun-Tahun

RIAUSKY.COM- Maksud hati, ketiga anak perempuan di bawah umur ini dipelihara oleh pamannya agar bisa mendapatkan kehidupan yang layak.

Apa daya, ketakutan dan ketidakberdayaan mereka malah digunakan oleh tiga pamannya untuk melakukan aksi bejat dengan memperkosa tiga keponakannya.

 Tiga bersaudara ini adalah anak yatim, mereka masing-masing FB (15), JT (12), dan RK (9). Pasca ayahnya meningggal dunia, ibunya pergi bekerja sebagai buruh migran di Malaysia.

Namun, setelah beberapa lama, ibunya pun menikah kembali bersama koleganya di Malaysia sehingga ketiganya diserahkan kepada kakeknya untuk diasuh. 

Menurut Keterangan Komisioner Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Kalbar, Nany Wirdayani ketiga anak ini kakak beradik yang merupakan anak yatim.

“Ketiga kakak beradik ini ditinggal meninggal ayahnya, kemudian diasuh oleh kakeknya, namun setelah kakeknya meninggal dialihkan asuhannya kepada pamannya AU,” ujar Komisioner Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Kalbar, Nany Wirdayani

Nany menjelaskan, setelah diasuh pamannya AU, dalam berjalannya waktu anak pertama FB (15) dicabuli AU dirumahnya.

“Setelah dicabuli AU, FB dialihkan ke AK, dimana AU dan AK adik bapaknya, sampai di AK FB juga mendapatkan perlakukan yang sama, dicabuli oleh AK,” tuturnya.

Nany mengungkapkan Anak kedua JT (12) dan anak ketiga RK (9) tetap diasuh oleh AU.

“Setelah Anak pertama diasuh oleh AK, anak kedua JT dapar pelakukan sama oleh AU bersama AT, AT merupakan paman korban,” terangnya.

Tambahnya, Kejadian pencabulan terhadap FB dan JT sudah bertahun-tahun, diman FB sendiri dicabulin dari umur 6 tahun hingga sampai saat kejadian belum dilaporkan.

“Mereka ini diasuh dan disekolahkan oleh pamannya, sehingga doktrin yang diberikan bahwa perlakuan pamannya adalah bentuk kasih sayang,” ucapnya.

Karena doktrin tersebut lah, Sehingga mereka menerima saja perlakuan pamannya.

“Sampai pada suatu ketika JT tidur di wc akibat ketakutan, dan JT sering mengeluh sakit pada perutnya,” tegasnya.

Anak ketiga RK juga mendapatkan perlakuan yang sama, RK dicabuli AT, namun belum sampai proses penetrasi tapi sudah dilakukan oral seks.

Nany menerangkan lasus ini dilaporkan kepolresta Pontianak, saat nenek korban FN yang tinggal di Jakarta, datang untuk menjenguk mereka pada 20 agustus 2018.

Saat bertemu neneknya ketiga kakak beradik bercerita mengenai perlakuan yang dilakukan pamannya, setelah itu neneknya berniat ingin membawa mereka, namun neneknya malah ingin dikeroyok oleh ketiga pamannya.

“FN berhasil membawa FB, dan kemudian melaporkan kejadian itu ke Polresta Pontianak,” kata Nany.

Kemudian saat dilakukan pemeriksaan dan visum terhadap korban FB, FB meminta kepolisian untuk menyelamatkan kedua adiknya yang masih dirumah pamannya.

Mengetahui hal itu, kemudian polisi menyarankan neneknya untuk melapor ke KPPAD, guna membantu menyelamatkan kedua adiknya.

“Setelah menerima laporan tersebut KPPAD langsung ke TKP, namun tidak menemukan kedua adiknya,” pungkasnya.

“Karena tidak mendapatkan, malam harinya Komisioner KPPAD kembali mendatangi TKP untuk menjemput JT dan RK, tetapi tidak berhasil menemui JT dan RK,” ucapnya.

KPPAD mendapatkan informasi, pada tanggal 21 Agustus 2018 Pukul 08.00 WIB, pihak keluarga dari AU menyerahkan JT dan RK kepada Kakak pengasuh FB, Yaitu A.

A adalah guru les dan tempat bercerita tentang masalah yg dialami oleh FB.

Alik Rosyad menuturkan pada tanggal 24 Agustus 2018, KPPAD melakukan trauma healing oleh psikolog dari DP3A Kalbar terhadap korban FB, dan kepada kedua adiknya.

“Pada saat itulah terungkap bahwa JT mengakui dia juga menjadi korban kejahatan seksual oleh AU dan AT,” terangnya.

Mendengar pengakuan tersebut, KPPAD Kalbar membuat Laporan dengan korban JT ke Polresta.

“Jadi ada 2 laporan ke Polresta, pertama oleh FN dengan korban FB dan laporan kedua oleh KPPAD Kalbar dengan korban JT,” kata Alik Rosyad.

Selanjutnya KPPAD Kalbar juga mengupayakan untuk memindahkan sekolah 3 kakak beradik ini dalam satu lingkup sekolahan.

Tambahnya, melalui proses yg cukup panjang, akhirnya KPPAD, bisa memindahkan 3 kakak beradik ini pada 1 sekolah dengan maksud agar terhindar dari rumah TKP dan terduga pelaku yang saat itu belum ditahan.

“Perkembangan dari kasus ini dikeluarkan Sprindik dari Polresta tanggal 22 September 2018,” tegasnya.

Kemudian Polresta mengeluarkan SKAP untuk AK pada tanggal 24 September 2018 dan AK sudah ditahan.

“Selanjutnya berdasar SKAP tanggal 9 November 2018, tersangka AT ditahan, namun AU (DPO) sampai saat ini belum diketahui keberadaannya,” pungkasnya.

Mengacu kepada rating yang dikeluarkan oleh KPAI pusat, saat ini Kalbar menduduki peringkat ke-8 se-Indonesia atas kasus tertinggi kejahatan seksual terhadap anak.

Menurut data yang dikeluarkan oleh KPPAD Kalbar, sampai Agustus kemarin sudah ada 9 laporan resmi yang masuk atas kasus kejahatan seksual yang terjadi di Kalimantan Barat.

Menurut Nani Widaryani selaku Komisioner KPPAD Kalbar saat ditemui di kantornya, Senin (3/9/2018), data tersebut didapatkan atas kasus yang dilaporkan ataupun diadukan langsung ke KPPAD.

Dan data tersebut belum termasuk temuan langsung oleh KPPAD Provinsi terhadap jumlah kasus yang terjadi di Lembaga Permasyarakatan (LP) anak Kalbar.

“Data yang saya berikan itu adalah data untuk kasus pengaduan langsung kepada kami, dan setelah kita melihat langsung ke LP anak Kalbar itu ternyata ada 53 anak yang sedang menjalani masa hukuman dan sekitar 15 orang itu melakukan tindak kejahatan seksual terhadap sesama anak,” ujar Nani.

Dan setelah diteliti oleh KPPAD Kalbar, sebagian besar kasus kejahatan seksual yang dilakukan oleh anak terhadap anak itu terjadi, akibat pola asuh yang yang salah dari orangtua.

“Sebagian besar itu kasusnya kejahatan seksual sesama anak, baik mereka itu kerabat, tetangga, ataupun teman sekolah,” ujarnya.

“Kenapa bisa terjadi? Ya karena pola asuh orangtua yang pastinya, itupun didasari oleh faktor ekonomi yang membuat orangtua sibuk bekerja dan tidak memiliki waktu terhadap anak, yang membuat anakpun memiliki waktu bermain yang banyak sesama teman baik itu langsung maupun lewat gadgetnya,” tambah Nani. (R03)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index