MENCEKAM... Hindari Kejaran dan Tembakan KKB, Paulus Nekat Membelah Hutan Papua dan Berjalan Kaki Berhari-hari

MENCEKAM... Hindari Kejaran dan Tembakan KKB, Paulus Nekat Membelah Hutan Papua dan Berjalan Kaki Berhari-hari
Paulus Rizal Malaga, bersama tiga rekannya saat berhasil sampai di pos polisi. Mereka berjalan kaki-kaki berhari-hari demi menghindari KKB. (Denny/Cepos)

RIAUSKY.COM - Pembantaian puluhan pekerja proyek Trans Papua oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) menyisakan trauma yang mendalam. 

Teror pembunuhan sadis itu pun memaksa empat pekerja lainya rela berjalan kilometer dan bermalam di hutan demi menyelamatkan diri.

Keempatnya adalah Paulus Rizal Malaga, 30, Martinus, 25, Petrus Masamba, 26, dan Stevanus Hubi, 24. Mereka masih tampak shok, ketakutan dan irit bicara saat dievakuasi ke Mapolres Jayawijaya, (7/12). 

Meskipun mereka bukan bagian dari tim pekerja proyek Jembatan yang harus mengalami perlakukan sadis dari KKB yang menamakan diri Tentara Nasional Pembebasan Papua Barat (TNPPB). 

Paulus dan kawan-kawannya adalah pekerja pembangunan perumahan desa dan dokter di Distrik Nirkuri, Kabupaten Nduga. Ia memilih melarikan diri saat mendengar  informasi bahwa para pekerja jembatan di Distrik Yal ditangkap dan ditembaki dan digorok oleh KKB.

Saat kejadian biarab itu terjadi, Paulus mengaku dirinya sedang bekerja di Distrik Yal. Tak mau bernasib sama dengan rekan-rekannya yang bekerja di proyek jembatan, ia memilih pergi meninggalkan kampung dengan berjalan kaki. Namun, beruntungnya masyarakat di desa itu ikut membantu pelarian Paulus dan tiga rekannya.

“Awalnya kami diberitahukan masyarakat bahwa orang yang bekerja di jembatan ditangkap OPM. Untuk itu, kami disuruh meninggalkan kampung yang kami tempati untuk kerjaan kami,” jelasnya seperti diberitakan ceposonline (jawapos Grup).

Sekira pukul 16.00 WIT itu mular berjalan dari Nirkuri menuju ke kampung Ossa. Saat tiba di malam hari, Paulus yang diantar sejumlah warga kemudian ditampung seorang pendeta di rumahnya untuk bermalam.

Setelah beristirahat semalam di rumah seorang pendeta, Paulus dan ketiga rekannya kembali melanjutkan perjalanan pukul 05.00 WIT. Keempat pekerja ini terus berjalan kaki melintasi semak belukar, menuruni tebing dan menyeberang sungai hingga sampai ke Distrik Burbujalma

Paulus mengatakan, mereka bisa bertemu dengan tim gabungan TNI-Polri yang diturunkan untuk mengevakuasi korban pembantaian KKSB, Rabu (5/12). Keempat pekerja ini bisa bertemu dengan tim evakuasi juga berkat bantuan masyarakat.

Masyarakat kemudian mengantar mereak ke jalan raya hingga akhirnya bertemu dengan tim gabungan sekira pukul 10.00 WIT. Setelah bertemu tim evakuasi, keempat pekerja ini diminta menunggu di jalan karena aparat gabungan melanjutkan perjalanan mereka ke Gunung Kabo.

“Kami kemudian dievakuasi ke Pos di Distrik Mbua, pada Rabu (5/12) malam. Di Pos Mbua kami bermalam dan keesokan harinya kami dievakuasi dan bisa tiba di Wamena, Jumat (7/12) dini hari sekira pukul 00.00 WIT,” tambahnya.

Paulus mengaku, keluarganya sempat khawatir saat mendengarkan kabar adanya pembantaian terhadap pekerja jembatan oleh KKB. Namun setelah tiba di Wamena, ia langsung memberi kabar ke keluarganya bahwa ia telah selamat dan berada di Wamena.

"Ada teman kami yang masih ada di sana namun sudah dievakuasi menggunakan helikopter. Tidak tahu apakah mereka di Batalyon 756/Wimane Sili atau di Timika. Kami tidak tahu,” pungkasnya.

Kapolres Jayawijaya, AKBP. Jan Bernard Reba membenarkan adanya empat warga yang berhasil selamat saat terjadi penyerangan KKB terhadap pekerja pembangunan jembatan. Keempat warga ini bukan merupakan karyawan PT Istaka Karya, tetapi merupakan pekerja yang membangun fasilitas pemerintah di Distrik Yal, Mereka sempat diselamatkan warga kampung dan melarikan diri ke Mbua.

“Saat terjadi penyerangan Pos TNI di Distrik Mbua, keempat warga ini kembali ikut keluar dan melarikan diri. Setelah lewat satu malam, baru mereka bertemu tim gabungan dan akhirnya dievakuasi ke Wamena,” ungkapnya kepada wartawan di Mapolres Jayawijaya.

Keempat warga ini menurut Jan Reba merupakan pekerja pembangunan perumahan dokter dan kepala kampung. Dalam pelarian, keempatnya dikawal masyarakat hingga harus bermalam di dalam hutan sejak terjadi insiden pada tanggal 2 Desember 2018.

“Mereka ini bukan termasuk korban yang bekerja di PT Istaka Karya. Mereka memang bekerja di Distrik Yal, namun pada pekerjaan yang lain. Jadi saat mereka mendengar ada pembantaian, ada masyarakat dan seorang ibu-ibu yang menyelamatkan mereka dengan cara membawa lari ke hutan,” tambahya. (R02/Jpc)

Listrik Indonesia

#31 Pekerja Trans Papua Dibunuh OPM

Index

Berita Lainnya

Index