Jangan Sepele, 7 Tahun Tabung Recehan, Lihat Mobil Apa yang Dibawa Pulang Penjual Cilok Ini

Jangan Sepele, 7 Tahun Tabung  Recehan, Lihat Mobil Apa yang Dibawa Pulang Penjual Cilok Ini
Tirta saat membeli mobil dari uang receh yang dikumpulkannya selama 7 tahun.

RIAUSKY.COM-  Pasangan suami istri penjual cilok, Tirta (49) dan Mimin (44), asal Kabupaten Majalengka membeli mobil Toyota Rush dengan uang receh. 

Pasangan asal Blok Pamengkang RT02/01, Desa Biyawak, Kecamatan Jatitujuh, itu menggunakan uang ribuan dan koin pecahan Rp 500, hasil menabung selama kurang lebih 7 tahun.

Uang receh tersebut dikemas dalam plastik yang terdiri dari koin Rp 500 yang mencapai Rp 50 juta dan sisanya uang kertas, dengan total sebanyak Rp 262 juta. Seluruh uang tunai receh tersebut mereka bawa langsung ke dealer Toyota, Dealer Auto 200 Jatiwangi.

Mimin yang datang mengenakan baju daster serta Tirta mengenakan kaus, nampak semringah ketika datang ke dealer kendaraan. Mereka diantar oleh adik perempuannya, Yati yang bekerja di sebuah koperasi di Jatitujuh.

“Nya mana mobilna ari duit geus ancrub ari mobil can aya, mani leuleus,” tutur Mimin sambil duduk dan langsung merebahkan badannya ke meja.

Dia kahwatir uang sudah dibayarkan tak kembali, sementara mobil tidak diterimanya. Mereka berkeinginan bisa segera membawa pulang mobil tersebut untuk segera dipakai.

Rencananya, pada awal Februari nanti, mobil tersebut akan dipergunakan berziarah ke 9 wali (Wali Songo). Namun sayang, pihak dealer baru bisa mengantar mobil yang mereka beli pada 6 Februari mendatang.

Tirta dan Mimin menuturkan, mereka memperoleh uang sebesar Rp 262 juta tersebut dari hasil menabung sejak Tahun 2012 lalu. Awalnya, pasangan ini menabung untuk berhaji. Namun untuk berhaji, diperkirakan mereka baru bisa berangkat di tahun 2020 atau 2021.

Hasil bertani dan upah menggarap
Tirta menuturkan, tabungan tersebut diperolehnya dari hasil bertani seluas 300 bata, yang sawahnya diperoleh dari menyewa kepada pemilik sawah. Selain itu, hasil upah menggarap sawah dengan traktor sebesar Rp 1 juta per hektare turut dikumpulkan.

“Saya punya traktor sehingga saat musim menggarap sawah para petani di desa saya banyak yang minta bantuan untuk mentraktornya, upah dan sewa mentraktor semua saya simpan untuk bekal naik haji. Selain itu tabungan diperoleh dari hasil penjualan gabah dari panen di sawah sebanyak 2 hingga 3 ton. Hasil panen sebagian ditabung sisanya untuk makan,” kata Tirta.

Sedangkan untuk biaya hidup sehari-hari, Tirta berjualan cilok dengan keuntungan sekitar Rp 50.000. Dari jualan cilok itupun dia masih bisa menabung dan menyekolahkan anaknya hingga lulus dari sebuah perguruan tinggi di Majalengka, serta membiayai anak bungsunya yang duduk di bangku Kelas II SD.

Ia pun mengungkapkan bagaimana cara mereka menabung. Untuk uang kertas dititipkan di adiknya yang bekerja di koperasi, sedangkan uang koin disimpan di karung dan kaleng bekas kue dan kerupuk.

Mereka mengaku setiap hari uang koin yang diperolehnya dari berjualan lumayan banyak, baik pecahan Rp 100, Rp 200, Rp 500 hingga Rp 1.000. Untuk uang koin Rp 1.000 dan Rp 500, dikumpulkan hingga mencapai Rp 10.000, kemudian dikemas dalam plastik putih lalu dimasukan ke kaleng.

Belakangan kemasan Rp 10.000 itu kembali dikemas menjadi Rp 50.000. Sementara untuk uang receh lainnya dibelanjakan atau untuk kembalian bagi pembeli cilok.

Menurutnya uang koin tersebut sebagian telah ditukarkan oleh adiknya Yati ke swalayan, SPBU atau ke bank agar tidak terlalu menumpuk. Bank pun ternyata hanya bersedia menerima penukaran uang maksimal hingga sebesar Rp 2 juta.

“Sekarang karena haji masih lama dan mudah mudahan bisa dilunasi, kami sekeluarga memutuskan ingin membeli mobil. Anak saya Eni Fatmawati yang memilih jenis mobil rush,” kata Tirta yang mengaku sudah bisa mengendarai mobil.(R04/pikiran rakyat)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index