Takjub dengan Uni Emirat Arab, Jokowi: Tahun 1960 Mereka Masih Naik Unta, Kini Mereka Sangat Maju, Kita Masih Naik Kijang

Takjub dengan Uni Emirat Arab, Jokowi: Tahun 1960 Mereka Masih Naik Unta, Kini Mereka Sangat Maju, Kita Masih Naik Kijang
Presiden Joko Widodo saat memberikan sambutan pada Muktamar PKB di Nusa Dua, Bali, Selasa (20/8/2019) malam. (Foto: Antara)

RIAUSKY.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut, Indonesia sudah tertinggal jauh dengan negara-negara lain. Salah satunya Uni Emirat Arab (UEA) yang pendapatan per kapita masyarakatnya lebih dari 10 kali lipat Indonesia.

Presiden menilai, kunci sebuah negara untuk maju terletak pada kecepatan bergerak dengan tidak terjebak pada prosedur, aturan, dan birokrasi yang bertele-tele. Dia menuturkan, saat mendarat dari pesawat, dirinya diajak naik mobil yang disupiri langsung oleh Pengeran UEA, Sheikh Mohammad.

"Artinya apa? Keprotokolan itu sudah tidak ada, tidak ada. Hampir tidak ada di sana. Begitu cepat, simpel dan sederhana. Tidak diatur-atur, ribet, ruwet," kata Presiden di Nusa Dua, Bali, dikutip dari laman Sekretariat Kabinet, Rabu (21/8/2019).

Dalam perjalanan berdua, dia sempat bertanya bagaimana pendapatan per kapita UEA naik begitu cepat. Saat ini mencapai 43.000 dolar AS sementara Indonesia hanya 4.000 dolar AS.

"Beliau menyampaikan pada saya, 'Presiden Jokowi, tahun 1960 kami dari Dubai ke Abu Dhabi itu masih naik unta'," kata dia.

Presiden menyebut, pada tahun 1970, warga UEA naik truk dan pickup dari Dubai ke Abu Dhabi sementara Indonesia sudah mulai menggunakan mobil Kijang. Pada tahun 1980, kemajuan UEA pun berlangsung cepat.

"Tapi begitu menginjak tahun 1980-5an, di sana sudah melompat semuanya, kita masih naik Kijang," ucapnya.

Presiden menyebut, izin investasi di UEA sangat cepat, bahkan kurang dari satu jam. Sementara di Indonesia, Presiden menyoroti terlalu banyaknya, mulai dari UU, hingga Peraturan Wali Kota. Aturan-aturan tersebut membuat Indonesia tidak bisa bergerak cepat seperti UEA.

"(Pengurusan izin di UEA) enggak ada 30 menit, dan itu sudah (diterapkan) 17 tahun yang lalu," ucapnya.

Menurut mantan wali kota Solo itu, kemajuan negara saat ini bukan pada negara besar menguasai negara kecil atau negara kaya menguasai negara miskin.

"Tetapi negara cepat akan menguasai negara yang lambat," kata dia seperti dilansir dari iNews.id. (R01)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index