Program Pembiayaan UMi Selamatkan Ekonomi Masyarakat dari Dampak Pandemi

Program Pembiayaan UMi Selamatkan Ekonomi Masyarakat dari Dampak Pandemi
Dermi, salah satu nasabah Pembiayan UMi di depan warungnya/Riausky.com

PEKANBARU (RIAUSKY.COM) – Pagi-pagi sekali, Dermi (47) terlihat sudah sangat sibuk melayani sejumlah pembeli yang mampir ke warung sederhananya yang berada di jalan Mangga IV, Gg. Pelajar, Sukajadi, Pekanbaru. Pelanggannya dari semua kalangan, ada karyawan yang mau berangkat ke kantor, ada orang tua yang membelikan sarapan untuk anaknya sebelum ke sekolah, ada juga yang pesan secara online.

Aktivitas ini rutin dilakukannya sejak lama, setiap pagi, usaha ini pula yang selama ini menopang perekonomian keluarganya, selain untuk biaya rumah tangga, juga untuk membiayai anak-anak sekolah, anak yang masih Sekolah Dasar (SD), ada juga yang sudah Sekolah Menengah Pertama (SMP).

“Pandemi Covid-19 memang membuat kita semua susah, termasuk keluarga saya sendiri, usaha juga terkena dampak, tapi Alhamdulillah, semua pasti ada jalan keluarnya,” ujar Dermi memulai ceritanya, Sabtu, 29 Januari 2022, di tengah kesibukannya melayani pembeli.

Sehari-hari Dermi berjualan sarapan pagi, ada lontong sayur dan lontong pecal, ada juga kue dan gorengan, pandemi sempat membuat usahanya nyaris ambruk karena berkurangnya pembeli, daya beli masyarakat yang turun membuat usahanya juga terkena imbas.

“Untung sebelum pandemi Covid-19, kami warga di sini sudah diperkenalkan dengan Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) dari pemerintah, kalau kami tahunya dari PNM, termasuk keluarga kami, kalau tidak ada program itu kami tidak tahu kondisinya akan seperti apa,” curhatnya.

Cerita dari mulut ke mulut itu pula yang membuat hampir sebagian besar warga di lingkungannya menjadi nasabah pembiayaan UMi. Warga juga sangat terbantu dengan adanya program UMi ini, apalagi sejak pandemi banyak warga yang membuka usaha kecil-kecilan untuk terus bertahan hidup, karena ada juga anggota keluarga yang di-PHK, salah satu yang gampang dengan membuka usaha kecil-kecilan.

Dermi kenal dengan pembiayaan UMi sejak 2019 silam, bersama dengan kelompoknya yang diberi nama Kelompok Usaha Gang Pelajar, usahanya pun macam-macam, ada yang jual sarapan, usaha bordir, jualan tela-tela dan lainnya, awalnya dengan plafon pinjaman sebesar Rp 2 juta.

“Alhamdulillah selama ini pengembaliannya lancar, tak ada kendala, tepat waktu, jadi kalau sekarang kelompok usaha kami sudah diberi plafon pinjaman hingga Rp 4 juta, semoga sana nanti bisa naik,” sebutnya.

Naiknya plafon pinjaman nantinya akan semakin menguntungkan bagi nasabah, dengan modal bantuan pinjaman yang semakin besar, para anggota bisa mengembangkan usaha masing-masing menjadi lebih besar.

Dermi mengaku, bersama kelompok usahanya sangat terbantu dengan adanya program ini, selain mudah, tidak banyak persyaratan, penerima manfaat juga tidak diberatkan karena diberikan waktu cukup lama untuk mengembalikan pinjaman namun dengan berbagai persyaratan, tapi tidak memberatkan warga. Selain itu nasabah juga dibimbing dan diberikan pelatihan bagaimana membuat pembukuan yang baik, sehingga keuangan dari usaha bisa lebih tercatat dan terkontrol.

“Umpama kalau kita pinjam Rp 4 juta, kita diberikan waktu mengembalikan dengan 50 x angsuran, diangsur setiap minggu, kalau ada anggota yang belum mampu bayar, maka seluruh anggota di kelompok itu harus menanggung atau membayarnya, istilahnya itu tanggung rentang, mungin yang ini sedikit memberatkan kami,” terangnya.

“Karena ada juga kejadian, baru pinjam ternyata ada anggota kelompok kabur begitu saja, jadinya kami yang bayar sampai lunas, hal ini menurut kami sangat memberatkan,” tambah wanita yang lahir pada 24 November 1974 ini.

Rahmadani dengan sudah bordir dan pemasangan payetnya/Riausky.com

Cerita sama juga diungkap oleh Rahmadani (41), satu kelompok dengan Dermi, wanita kelahiran 7 Juli 1981 ini punya usaha bordir rumahan, meski kecil namun usahanya bisa membantu perekonomian keluarga, karena suami juga bekerja.

“Yang pasti kami sangat terbantulah dengan adanya bantuan pinjaman UMi ini, karena kami yang sulit dapat pinjaman bank ini karena banyaknya persyaratan serta agunan, dengan adanya program UMi ini, kami justru makin mudah mendapatkan pinjaman modal usaha,” terangnya.

Rahmadani pun bersyukur pada pemerintah yang telah menggulirkan program ini, dia berharap program seperti ini berumur panjang sehingga makin banyak masyarakat yang bisa merasakan manfaatnya selama ini.

“Bagi kami ini bagus sekali, kalau ada apa-apa tak perlu repot ke bank, itu juga belum tentu dapat, tapi kalau lewat program ini, kesempatannya terbuka lebar, jarang sekali yang ditolak,” cerita wanita yang tinggal di Gang Pelajar, Sukajadi, Kota Pekanbaru ini.

Namun diakuinya kalau memang program ini seperti diperuntukkan bagi Ibu Rumah Tangga (IRT) yang punya usaha, sehingga juga bisa menopang kemampuan ekonomi keluarga. “Makanya yang minjam ibu-ibu aja, tapi harus dengan persetujuan suami tentunya,” ujarnya singkat.

Cerita tak jauh berbeda juga disampaikan oleh Rossi Elisa (26), ibu muda kelahiran 23 Maret 1998 ini juga belum terlalu lama mengenal dan mengetahui soal program bantuan modal usaha ini. Warga Desa Kebun Durian, Gunung Sahilan, Kabupaten Kampar, Riau ini, mengaku kemudian sangat tertarik begitu mendengar kabar ini, apalagi dengan kemudahan yang ditawarkan.

Bahkan saat ini, Rossi yang punya kelompok usaha bernama Kelompok Sukamaju 1 ini sudah bisa melakukan peminjaman di angka Rp 5 juta, di mana dia harus mengembalikan sebesar Rp 125 ribu setiap minggunya dan diangsur selama 50 minggu.

“Kalau saya pribadi buka usaha jualan gorengan, ada juga yang usaha kuliner, buka usaha kedai harian, macam-macamlah pokoknya,” jawab Rossi.

Diakuinya, dengan kemudahan yang ditawarkan Program UMi ini, mayoritas masyarakat Desa Kebun Durian, Kabupaten Kampar, Riau ini saat ini sudah menjadi nasabah Umi. Masyarakat di kampungnya merasa sangat terbantu dengan adanya program ini.

“Kalau pinjam ke bank kan susah, ribet, lama, harus ada agunan, kalau masyarakat kecil rasanya sulit sekali, tapi di pembiayaan UMi, kami masyarakat kecil ini bisa mendapatkan bantuan dengan cara yang mudah sekali, begitu juga pengembaliannya,” ujarnya.

Bagi Rossi, Pembiayaan UMi bisa jadi adalah jawaban dari doa warga kurang mampu untuk mendapatkan modal usaha, meski angkanya mungkin bagi orang lain hanya kecil, tapi bagi kami ini sangat besar manfaatnya.

“Berkat bantuan pinjaman itu pula sekarang kita lihat banyak usaha-usaha rumahan yang bermunculan, artinya bantuan ini sangat bermanfaat sekali bagi kami masyarakat kurang mampu,” sebutnya.

Cerita Dermi, Rahmadani dan Rossi hanya bagian kecil dari cerita jutaan warga Indonesia yang kini sudah menjadi nasabah dari program pembiayaan UMi, ada begitu banyak ekonomi keluarga yang terselamatkan berkat program ini.

Apa yang dipaparkan mereka jadi bukti betapa berharganya bantuan ataupun pinjaman di saat pandemi ini bagi masyarakat kecil, jangan usaha kecil, usaha besar pun sebegain dibuat abruk dan luluhlantak oleh virus Covid-19 yang kemudian membuat aktivitas terhenti, perekonomian tak berjalan sebagaimana mestinya, banyak perusahaan yang tutup, banyak usaha yang bertumbangan, PHK di mana-mana.

Kehadiran Pembiayaan UMi seperti oase di padang pasir, saat warga kurang mampu butuh modal, butuh biaya untuk berusaha memenuhi kebutuhan keluarga, Pembiayaan UMi hadir dengan segala kemudahannya. Pemulihan ekonomi nasional pun terbantu dengan bangkitnya usaha-usaha kecil ini yang jumlahnya jutaan.
 
Bagi anda yang belum atau baru tahu dengan program ini, Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) merupakan program tahap lanjutan dari program bantuan sosial menjadi kemandirian usaha yang menyasar usaha mikro yang berada di lapisan terbawah, yang belum bisa difasilitasi perbankan melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR). 

UMi bisa memberikan fasilitas pembiayaan maksimal Rp10 juta per nasabah dan disalurkan oleh Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB). Dalam hal ini, Pemerintah menunjuk Badan Layanan Umum (BLU) Pusat Investasi Pemerintah (PIP) sebagai coordinated fund pembiayaan UMi. Pembiayaan UMi disalurkan melalui LKBB. 

Adapun lembaga yang menyalurkan pembiayaan UMi antara lain: PT Pegadaian (Persero), PT Bahana Artha Ventura, serta PT Permodalan Nasional Madani (Persero). Sumber pendanaan berasal dari APBN, kontribusi pemerintah daerah dan lembaga-lembaga keuangan, baik domestik maupun global.

Selanjutnya, jenis Usaha Ultra Mikro adalah usaha mikro yang dimiliki oleh orang perorangan. Beberapa contoh usaha mikro diantaranya laundry kiloan, bisnis kuliner rumahan, fashion online shop, bisnis souvenir, hantaran, dan mahar Pernikahan, toko kelontong online, jual ayam potong, usaha minuman kemasan unik, warmindo, waralaba makanan dan minuman, serta bisnis sayuran organic dan lain sebagainya. 

Lewat program ini, UMi memberikan fasilitas pembiayaan maksimal Rp10 juta per nasabah,  dan disalurkan oleh Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB). Sumber pendanaan berasal dari APBN, kontribusi pemerintah daerah dan lembaga-lembaga keuangan, baik domestik maupun global.

Catatan bagi para pengusaha UMi, sangat penting untuk memiliki pembukuan yang baik. Bagaimanapun laporan keuangan menjadi pondasi dari jalannya usaha. Penting bagi para pemilik usaha untuk memiliki rekening tersendiri, tidak bergabung dengan rekening pribadi.

Berdasarkan data dari Kemenkeu, di Riau saja saat ini hingga 31 Desember 2021, tercatat sebanyak 98.952 debitur yang sudah dibantu lewat Pembiayaan UMi dengan jumlah penyaluran sudah mencapai Rp 322.334.504.865.

Jika dilihat angka nasional, tercatat pembiayaan Ultra Mikro sampai dengan 31 Desember 2021 sudah mencapai 5.398.269 debitur, dengan nilai penyaluran sebesar Rp. 18.085.417.889.014,-. BLU PIP sendiri juga menargetkan pembiayaan UMi dapat menjangkau 2 juta pelaku usaha pada tahun 2022. Semakin banyaknya jangkauan yang ingin dicapai, diharapkan tingkat kesehjateraan pelaku usaha mikro akan semakin merata di seluruh Indonesia. (*)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index