5 Negara Ini Sudah Jatuh ke Jurang Krisis

5 Negara Ini Sudah Jatuh ke Jurang Krisis
Ilustrasi fluktuasi ekonomi

JAKARTA (RIAUSKY.COM)- Ancaman resesi di tahun 2023 ini semakin menguat.

Hal ini dibuktikan dari beberapa negara yang telah melaporkan rapor merah dalam ikhtisar ekonomi semesteran dan kuartalannya.

Beberapa alasan pun meliputi amblesnya Pendapatan Domestik Bruto (PDB) negara-negara ini. 
Penyebabnya pun dari inflasi pasca kenaikan harga energi akibat perang Rusia-Ukraina hingga pembatasan Covid-19 yang masih belum dicabut oleh otoritas setempat.

Lalu negara mana sajakah itu? Berikut rangkumannya seperti dikumpulkan CNBC Indonesia, Selasa (18/10/2022):

1. Amerika Serikat (AS)

AS melaporkan rapor merah ekonomi pada laporan kuartal keduanya (Q2) di tahun 2022. Tercatat PDB Q2 turun pada tingkat tahunan 0,9%. Ini melanjutkan penurunan pada Q1 yang berada di angka 1,6%.

Hal ini sendiri dipengaruhi oleh inflasi yang begitu tinggi di negara itu. Pada September 2022, inflasi di negara itu masih tercatat di angka 8,2%.

Untuk menangani hal ini, bank sentral AS atau The Fed telah melakukan beberapa langkah penanganan. Salah satunya adalah menaikkan suku bunga.

2. Inggris

Inggris juga sedang dalam krisis ekonomi yang akut. Hal ini didorong oleh kenaikan harga energi dan pangan yang membelit masyarakat.

Data pada Agustus menunjukkan bahwa ekonomi Negeri Big Ben itu telah merosot sekitar 0,3%. Downing Street menyebut ini diakibatkan oleh lemahnya manufaktur.

Sama seperti AS, krisis di Inggris ini juga dipengaruhi inflasi. Pada bulan yang sama, inflasi di negara itu masih menembus angka di atas 9%.

Dalam menahan laju inflasi ini, serangkaian kebijakan telah diumumkan oleh Perdana Menteri Liz Truss. Salah satunya adalah kebijakan 'anggaran mini' yang dicetuskan oleh mantan Menteri Keuangan, Kwasi Kwarteng, di mana rencana itu justru menciptakan chaos di pasar obligasi mengingat bank sentral yang masih ingin menaikkan suku bunga.

3. Sri Lanka

Pertumbuhan PDB Sri Lanka pada Q2 2022 memburuk dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang tercatat -1,6%.

Gejolak ekonomi yang ditandai dengan menipisnya cadangan devisa akibat 'salah urus' negara oleh pemerintahan sebelumnya dianggap sebagai biang keladi kejatuhan Sri Lanka. Bahkan, negara ini juga telah dinyatakan bangkrut karena tak bisa membayar utangnya tepat waktu.

4. Rusia

Ekonomi Rusia turut terdampak 4,1% akibat 'perangnya sendiri' di Ukraina. Padahal, pada Q1 2022 Negeri Beruang Merah masih mencatatkan pertumbuhan PDB positif sebesar 3,5%.

Hampir seluruh sektor mengalami kontraksi mulai dari perdagangan besar dan eceran; perbaikan kendaraan bermotor dan sepeda motor (-14,1%), pasokan air, saluran pembuangan, dan pengumpulan sampah (-9,2%), manufaktur (-4%), dan pertambangan (-0,8%).

Pemerintah Rusia memperkirakan PDB akan berkontraksi 2,9% pada 2022 dan 0,9% pada 2023, jauh lebih rendah dari perkiraan Agustus masing-masing turun 4,2% dan 2,7%. Namun, secara triwulanan, pemerintah melihat ekonomi Rusia kembali tumbuh pada akhir 2022 atau 2023.

5. Ukraina

Negara yang menjadi titip perang ini telah menderita kerugian ekonomi yang besar sejak serangan Rusia pada Februari 2022. Pertumbuhan ekonomi negara Eropa Timur ini memburuk pada Q2 2022 sebesar 37.2%

Hampir seluruh sektor mulai dari infrastruktur, ekspor, hingga konsumsi anjlok akibat perang yang masih berlangsung hingga saat ini.(R04)

Sumber Berita: cnbcindonesia.com

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index