Inspiratif! Selama Kuliah Cuma Makan Nasi Pakai Keripik, Mahasiswi Ini Lulus Cum Laude dan Dapat Beasiswa S2

Inspiratif! Selama Kuliah Cuma Makan Nasi Pakai Keripik, Mahasiswi Ini Lulus Cum Laude dan Dapat Beasiswa S2
Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Siti Rodiah lulus dengan predikat cum laude dan mendapatkan beasiswa S2. Foto/Arif Budianto

BANDUNG (RIAUSKY.COM) - Namanya Siti Rodiah, dia mungkin salah satu mahasiswa yang mampu membuktikan bahwa cita cita pendidikan bisa diraih kendati memiliki keterbatasan ekonomi. 

Bahkan dia mampu lulus cum laude dan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan S2, kendati selama menempuh pendidikan dilaluinya dengan keprihatinan.

Ya, mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini lulus dengan IPK 2,75. Dia lulus sebagai mahasiswa inspiratif dari jurusan pendidikan matematika. Bahkan, saat lulus Rektor UIN memberikan hadiah notebook dan beasiswa S2.

Kini, Siti sedang proses pendaftaran untuk menempuh S2 bidang manajemen pendidikan di kampus yang sama. Siti akan mendapatkan beasiswa pendidikan dari UIN Bandung. Cita-citanya selama ini ingin menjadi dosen, setidaknya sudah di depan mata.

"Alhamdulillah, ini sesuai cita cita saya ingin terus melanjutkan pendidikan. Kalau ada kesempatan kenapa enggak. Apalagi masih semangat belajar," kata perempuan kelahiran Maret 1998 ini.

Kendati begitu, perjuangannya bisa menyelesaikan pendidikan S1 dan akhirnya bisa melanjutkan S2 bukan tanpa keringat dan air mata. Semua dilakukan Siti dengan penuh kerja keras dan perjuangan tanpa malu, tanpa kenal lelah, apalagi gengsi.

Siti sadar, orang tuanya yang hanya buruh serabutan dan penjual gorengan di Garut, tidak akan mampu membiayai pendidikan di Bandung. Apalagi, kedua orang tuanya telah berusia senja. Namun semua itu tak menyurutkan niatnya untuk kuliah.

Dia mengaku, rela mengorbankan waktu nongkrong bersama teman sebayanya. Waktu luang yang tersisa usia kuliah, dia manfaatkan untuk mencari penghasilan tambahan. Bahkan, untuk sekedar berorganisasi pun dia rela abaikan.

"Selesai kuliah, sore atau malam saya pakai untuk mengajar private atau membantu di tempat foto kopi. Saya juga sempat menjadi staf tata usaha, apapun yang bisa menambah pemasukan untuk membayar uang kuliah atau makan sehari hari," kisahnya.

Dia mengaku, tanpa bekerja akan sulit membayar uang kuliah tahunan (UKT) atau sekadar membeli buku dan mengerjakan tugas dosen. Walaupun, katanya, dia juga selalu dibantu oleh kakaknya yang bekerja sebagai tukang potong rambut di Bekasi.

Bila penghasilannya tidak cukup untuk membayar UKT, dia akan bekerja di Rumah Makam Sukahati, menjadi pelayan selama liburan semester. Uang hasil gaji, akan dia pakai membayar UKT. Siti mengaku, belum beruntung mendapatkan beasiswa untuk sekedar membayar UKT.

Dia berkisah, perjuangannya mencari tambahan penghasilan, juga untuk membantunya makan sehari hari. Bukan tanpa alasan, dia cukup prihatin untuk makan sehari dua kali. Bahkan, Siti pernah membagi satu bungkus mi instan untuk makan pagi dan siang.

"Saya juga pulang setiap sebulan sekali ke Garut. Di sana saya dibekali makanan kering seperti keripik. Itu buat makan saya sehari hari di Bandung," kisahnya, yang mengaku kesulitannya makan selama kuliah hampir dijalaninya 3,5 tahun lamanya.

Baginya, semua itu hanyalah proses meraih cita cita yang harus diperjuangkan. Tidak masalah baginya hanya makan menggunakan keripik, asal bisa menggapai cita cita dan memberikan yang terbaik bagi keluarga.

"Jangan pernah hilang harapan, karena Allah memberi kita kesulitan, bukan untuk menjatuhkan. Tapi membuat kita lebih kuat. Kita dilahirkan bukan buat jatuh dan terpuruk tapi bangkit lagi," imbuh dia. (R04)

Sumber: SINDOnews.com

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index