Pengamat: Pilpres 2019, Jokowi-Ma'ruf Diprediksi Bakal Kalah di Riau, Ini Penjelasannya

Pengamat: Pilpres 2019, Jokowi-Ma'ruf Diprediksi Bakal Kalah di Riau, Ini Penjelasannya

JAKARTA (RIAUSKY.COM) - Pasangan Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin diprediksi kalah pada pemilihan presiden 2019 mendatang di Riau. Alasannya, banyak janji yang tak terealisasi di sana. Hal itu dikatakan pengamat politik Riau, Dr Andi Yusran.

Selain soal janji, kata dia, terdapat faktor lain yang menyebabkan Jokowi kalah melawan Prabowo-Sandi di Riau. Misalnya, dilihat dari variabel, ada perbedaan yang cukup signifikan di Riau dari Pilpres sebelumnya.

"Ini dapat dilihat pada salah satu partai pendukung Jokowi, yaitu Golkar," kata Andi yang juga dosen S2 Ilmu Politik di Universitas Nasional Jakarta, Kamis (23/8).

Dari hasil pengamatannya, banyak calon Golkar yang kalah pada pemilihan. Paling anyar pemilihan Gubernur Riau Juli 2018 lalu. Arsyadjuliandi Rahman yang diusung Partai Golkar kalah telak.

"Sementara untuk partai pengusung PDI-P itu stagnan. Karena pemilih mereka (PDI-P) cenderung pemilih tradisional. PDI-P memang tidak bisa terlalu mengangkat itu," jelasnya seperti dilansir Jawapos.com.

Hal lainnya, kata dia, pada awal reformasi ada Gerakan Riau Merdeka. Meski dinamai Gerakan Riau Merdeka, namun bukan bentuk pemecahan diri. "Tapi bentuk protes kepada pemerintah pusat yang banyak menyedot sumber daya di Riau tapi yang berbalik tidak sebanding," ungkapnya.

Menurutnya, kurang puasnya masyarakat Riau terhadap kinerja pemerintah pusat hingga kini masih terasa. Seperti soal dana transfer pusat yang kurang ke daerah. Mahalnya harga kebutuhan pokok.

Ini mengakibatkan suara untuk mantan Gubernur DKI Jakarta itu diprediksi berkurang. "Salah satunya minyak yang berkurang, namun harga minyak tetap tinggi," ujarnya.

Begitu pula, masih ada hal lainnya yang dinilai bagus namun belum terasa dampaknya. Seperti pemerintah pusat berhasil mengambil alih pengelolaan Blok Rokan dari PT Chevron Pasific Indonesia (CPI). Ini merupakan blok migas terbesar di Indonesia yang berada di Riau.

Meski berhasil diambil alih dan dikelola oleh BUMN, yaitu PT Pertamina, namun pengaruhnya kepada warga Riau belum terlihat. "Riau wilayah strategis yang merasakan dampak tenaga kerja asing. Saya rasa sisi negatif masih lebih mempengaruhi daripada positifnya," tuturnya.

Ada juga pembangunan jalan tol Pekanbaru - Dumai maupun jalan tol Pekanbaru - Sumbar. "Program-program Jokowi saat ini belum dirasakan oleh masyarakat Riau. Seperti pelabuhan di Dumai, Buton maupun di Kuala Enok sejauh ini belum ada progres apa-apa. Tol Dumai-Pekanbaru masih on going, dan tol Padang belum apa-apa. Jadi masyarakat Riau belum merasakan apa-apa," bebernya.

Walaupun berpasangan dengan Ma'ruf Amin, namun tampaknya tidak memberikan pengaruh apa-apa. "Pengaruh Ma'aruf hampir tidak ada. Pertama karena provinsi Riau yang tidak sebesar di Jawa. Kedua karena faktor pengenalan Ma'aruf yang tidak begitu intens di sini. Tenggelam, tenggelam namanya dibalik kemegahan UAS (Ustad Abdul Somad). Pengaruh UAS di Riau sangat kuat," pungkasnya.

Sekadar informasi, pada Pilpres 2014 lalu, Prabowo yang berpasangan dengan Hatta Rajasa unggul di Riau. Mereka meraih 1.349.338 suara. Sedangkan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla kalah. Mereka hanya mendapatkan 1.342.817 suara. Perbandingan keduanya sangat tipis.  (R01)

Listrik Indonesia

#Pilpres RI 2019

Index

Berita Lainnya

Index