Usai Minta Tali dan Ember, Remaja 16 Tahun Ditemukan Membusuk di Kamar Mandi

Usai Minta Tali dan Ember, Remaja 16 Tahun Ditemukan Membusuk di Kamar Mandi
Suasana di kediaman korban, Jumat (21/6/2019) malam. (Sam/metro24jam.com) 

RIAUSKY.COM - Warga Gang Bersama, Dusun 3B Desa Marindal 1, Kecamatan Patumbak dihebohkan dengan temuan jasad seorang remaja dalam kondisi tergantung dengan seutas tali terlilit di lehernya dan sudah membusuk, Jumat (21/6/2019) malam. 

Jasad remaja 16 tahun yang diketahui bernama Wahyu Khaidir Zikri itu ditemukan di dalam kamar mandi rumahnya dan sudah dikerubungi lalat, sekira pukul 19.30 Wib. 

Wati (44), Kepala Lingkungan Dusun 3B Gang Bersama, kepada wartawan menjelaskan, dia mendapat kabar sore itu dari seorang warganya. 

“Itu yang nempati rumahnya kakak sepupunya, cuma kakaknya lagi pergi karena lagi libur sekolah,” bilang wanita yang tinggal di Jalan Leman Harahap, Desa Marindal 1 itu seperti dilansir dari Metro24jam.com. 

Wahyu diketahui merupakan anak ke-3 dari 4 bersaudara, buah pernikahan pertama ayahnya, Heriadi Bukit (45). Namun, kedua orangtuanya kemudian bercerai dan setelah itu Wahyu dimasukkan bersekolah ke salah satu pondok pesantren. 

“Dia itu pernah masuk pesantren bang, mungkin ngak kuat dia. Kalau keluar, sering bawa Al-Qur’an ke mana-mana, ceramah sama orang-orang di kedai kopi, suka ngomong sendiri,” kata seorang warga yang minta namanya tidak ditulis.

Menurut para tetangganya, Warga masih terlihat pada Selasa (18/6/2019) mengenakan baju kaos warna merah. Hal itu dibenarkan oleh neneknya, Persada Sembiring. 

“Dia sering pulang malam dan pergi subuh hari,” katan sang nenek, yang rumahnya hanya dipisahkan tembok dengan kediaman orangtua Wahyu. 

Kebiasaan Wahyu itu membuat sang nenek mengaku tidak begitu memantau keberadaan cucunya tersebut. Kematian remaja itu pertama kali diketahui, berawal dari kecurigaan sang nenek yang mencium bau busuk dari belakang rumahnya. 

Perempuan lanjut usia itu bertambah curiga karena dia sudah 3 hari tidak melihat cucunya itu. Persada langsung memasuki rumah yang ditempati oleh cucunya itu. 

Namun dia tidak melihat Wahyu di tempat tidurnya, meski televisi di dalam kamar itu masih menyala. Sang nenek pun kembali memeriksanya ke arah kamar mandi, sambil memanggil-manggil nama cucunya itu. 

Ketika berada di depan kamar mandi yang memang tak berpintu dan hanya ditutup kain berwarna biru, Persada pun membukanya.? Dia pun terperangah begitu kain penutup pintu dibuka, karena melihat cucunya dalam keadaan tergantung dan tubuhnya sudah dipenuhi belatung di wajah dan sekujur tubuhnya. 

Melihat itu, Persada pun langsung menjerit sekuat-kuatnya sehingga mengejutkan warga sekitar yang langsung berhamburan berdatangan ke lokasi. ?
”Kamar Wahyu berada di samping kamar ku. Dia itu tidur sendirian, karena cucu ku itu juga mengalami gangguan jiwa sejak dari kelas 2 SMP (Pesantren), di Kabupaten Langkat,” katanya. 

“Saya melihat Wahyu 2 hari lalu, hari Rabu (19/6/2019) malam itu lah terakhir. Karena dia minta uang Rp2.000 untuk beli rokok. Dan setelah itu, aku tidak melihat dia lagi. Yang membuat saya tidak curiga, TV di dalam kamarnya tetap hidup, makanya saya kira dia sedang menonton siaran TV,” kata Persada berlinang air mata. 

?Bau busuk tersebut juga sempat tercium oleh tetangga Wahyu. Namun sang tetangga tidak memeriksa asal dari bau busuk yang menyengat tersebut. 

“Aku pun dah cium bau busuk bang pas aku ke kandang ayam aku, tapi nggak curiga aku itu bau busuk mayat manusia,” bilang ibu rumah tangga tersebut. ?Wahyu dikenal oleh tetangganya sebagai anak yang ramah?. 

Ibunya memilih bekerja di Malaysia setelah dia bercerai dengan ayah Wahyu dan kembali menikah di sana. 

Demikian juga dengan sang ayah yang juga telah menikah lagi dan memiliki dua anak dari istri keduanya. Sementara itu, Togar Bukit menduga, Wahyu diduga bunuh diri dilakukan setelah sang anak meminta ember dan tali ke warung ayahnya itu, dengan alasan untuk keperluan mandi, Selasa (18/6/2019). 

“Anakku datang ke grosir kami. Katanya, ‘Pak minta tali sama ember, Wahyu mau mandi’,” sebut Bukit sembari mengulang ucapan anaknya ketika itu. 

?Kapolsek Patumbak AKP Ginanjar Fitriadi ketika dikonfirmasi melalui sambungan telepon membenarkan peristiwa tersebut.? 

“Kita telah mengarahkan agar korban dilakukan otopsi ke Rumah Sakit Bhayangkara Medan, tetapi keluarga korban menolaknya dan memilih untuk mengebumikan jenazahnya malam ini juga,” ujar Ginanjar. (R03)

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index