Suka Bikin Gaduh, Pengamat: Jokowi Harus Lirik Spion Sebelum Angkat Ahok Jadi Bos BUMN

Suka Bikin Gaduh, Pengamat: Jokowi Harus Lirik Spion Sebelum Angkat Ahok Jadi Bos BUMN
Jokowi - Ahok/net

RIAUSKY.COM - Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok pagi tadi mendatangi kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Politisi PDI Perjuangan itu mengatakan, dirinya dimintai Menteri BUMN Erick Thohir untuk memimpin salah satu perusahaan BUMN.

Terkait hal ini, pengamat politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio mengatakan, tidak bisa dipungkiri Ahok memang punya kedekatan dengan Presiden Joko Widodo.
 
Dia mengingatkan Jokowi, sebelum benar-benar memberikan jabatan pimpinan salah satu BUMN kepada Ahok, maka harus melihatnya dengan  menggunakan teori kaca spion.

"Harus pakai teori kaca spion lah untuk Ahok ini. Lihat ke belakang untuk maju ke depan. Jangan lihat belakang balik ke belakang," kata Hendri saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (13/11).

Menurut founder lembaga survei KedaiKopi ini, kalau pun benar Ahok dipercaya sebagai salah satu Bos BUMN maka agaknya posisi tersebut kurang pas.

"Mau jadi direktur BUMN? Mungkin jadi staf Erick Thohir kali. Mungkin bagian staf khusus di bidang apa lah. Saya pikir ngapain jadi direksi BUMN orang udah pernah jadi Gubernur," kata Hendri dengan diringi tawa.

"Dan jangan munculin sentimen masa lalu. Kan lagi enak nih jalan pemerintahan, santai. Kemudian Pak Jokowi bisa fokus untuk mencapai janji politiknya. Kita kan cuma bisa mengingat saja," tambahnya.

Hadirnya Ahok Ke kantor Kementerian BUMN dan bertemu Menteri Erick Thohir direspon ramai publik. Bahkan ada yang menyatakan Jokowi akan lakukan blunder jika menunjuk Ahok menjadi bos salah satu perusahaan BUMN.

Untuk mengingatkan, Ahok sendiri diduga sempat tersandung banyak permasalahan. Diantaranya pembelian bus rusak dari RRC dan pembelian mark-up RS Sumber Waras, tanah DKI. Selain itu, penggusuran rumah rakyat yang dilakukan Ahok saat menjadi Gubernur DKI pun telah menjadi catatan hitam.

Maka, lanjut Hendri, apabila Ahok betul menjabat di BUMN, dikhawatirkan akan muncul masalah baru yang tidak diperlukan.

"Kalau ditarok jadi direksi perusahaan besar, misal Pertamina atau PLN, nanti kalau harga naik Pak Jokowi repot lagi. Orang lagi enak rekonsiliasi," tutupnya. 

Ahok Terbiasa Gaduh

Sementara itu anggota Komisi VI DPR RI, Bambang Patijaya menyebut kritik tersebut merupakan hal yang wajar. Pasalnya, mantan narapidana penistaan agama itu dan apapun yang berkaitan dengannya memang selalu bikin gaduh.

"Karakter seorang Ahok memang kadang-kadang terbiasa gaduh, kadang-kadang seperti itu," ujar Bambang di Gedung Nusantara I, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (13/11).
 
Ahok selama menjabat sebagai pemimpin DKI memang masih menyisakan sejumlah masalah yang belum tuntas di benak publik, seperti masalah pembelian Sumber Waras dan pembelian tanah Cengkareng, Jakarta Barat.

Sementara itu, pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago mengingatkan Erick Thohir untuk mengukur kapasitas Ahok sebelum resmi menunjuk.

“Bidang apa, cocok apa nggak. The right man on the right place itu penting,” tegasnya kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (13/11).

Selain kapasitas, direktur eksekutif Voxpol Center Research and Consulting itu juga mengingatkan Erick Thohir untuk mempertimbangkan aspek publik.

“Cari orang yang tidak terlalu berpolemik, tidak punya dinamika, sehingga resistensi itu bisa berkurang di arus bawah,” pungkasnya. (R01)

Sumber: RMOL.id

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index