Terapkan Teknologi Mikroba Alfaafa MA11

Dipuji Bupati Siak, BI Riau Panen Perdana Demplot Padi Organik di Sungai Mandau Siak

Dipuji Bupati Siak, BI Riau  Panen Perdana Demplot Padi Organik di Sungai Mandau Siak
BI Riau Panen Perdana Demplot Padi Organik di Sungai Mandau Siak

PEKANBARU (RIAUSKY.COM) - Berhasil tingkatkan produktivitas, Bank Indonesia lakukan Panen Perdana Demplot Padi Organik di desa Muara Kelantan Kecamatan Sungai Mandau Siak, Senin (3/2/2020).

Dalam kegiatan panen perdana ini dihadiri langsung oleh Deputi Bank Indonesia Kpw Riau, Teguh Setiadi, Bupati Siak Alfedri dan unsur Muspinda di Siak.

Terkait dengan keberhasilan Demplot atau Demontration Plot di Siak ini, Deputi Bank Indonesia Kpw Riau, Teguh Setiadi menyebut hal ini merupakan salah satu program Bank Indonesia adalah dalam pengendalian inflasi, terutama untuk komoditas beras.

"Nah, dengan keberhasilan yang ada di Desa Muara Kelantan ini, kita harapkan bisa jadi percontohan. Nantinya hal yang sama bisa kita terapkan di daerah lainnya di Riau," terangnya.

Teguh menambahkan, selain menerapkan Tehnologi Mikroba Alfaafa MA11, BI Riau memberikan bantuan berupa bangunan lantai jemur dan pelatihan untuk petani mengenai program tehnologi mikroba Alfaafa dengan fermentasi kotoran sapi sebagai pupuk.

Saat ini diakuinya memang kalau demplot ini luasnya memang cuma satu hektar. Namun kalau ini berhasil maka ini akan bisa menjadi contoh bagi petani khususnya di Riau.

Tak lupa dia menyampaikan terima kasih atas dukungan Pemkab Siak sehingga kegiatan ini bisa berjalan dengan baik dan lancar.

Sementara itu Bupati Siak, Alfedri usai panen perdana memuji pelaksaan program peningkatan produksi beras berbasis tehnologi mikroba Alfaafa, hal ini menurutnya sangat mendukung program penguatan kedaulatan pangan di Siak. 

Ia menyebut dengan program tersebut, produksi padi Siak meningkat hingga berkali lipat. Apalagi biaya tehnologi mikroba terbilang murah dibandingkan dengan cara yang biasa dipakai oleh petani selama ini.

Bahkan tak segan ia menyebut kalau dengan peningkatan seperti ini, maka penghasilkan petani padi akan lebih besar daripada menanam sawit.

"Karena sawit per hektar hanya menghasilkan Rp 30 juta. Sementara dengan menerapkan tehnologi mikroba Alfaafa, dapat menghasilkan lebih dari Rp 30 juta per hektar," sebutnya.

Ia pun mengharapkan, kedepan agar konsep ini bisa diterapkan di seluruh Siak selama program pendampingan Bank Indonesia yang akan berlangsung 4 tahun.

Disisi lain, Tenaga Ahli Sektor Riil Bank Indonesia, Nugroho Widiasmadi menyebut dengan penerapan Tehnologi Mikroba Alfaafa MA11, produksi padi petani di Muara Kelantan meningkat hingga 18 kali lipat jika dibandingkan produksi pada biasanya.

"Selain itu biaya produksi juga bisa ditekan yang biasanya mencapai belasan juta, bisa ditekan hanya sebesar Rp 5 juta," sebutnya.

Terkait dengan penerapan Teknologi Mikroba Alfaafa MA11 di daerahnya, Aceng Toha, ketua Gapoktan Usaha Makmur Desa Muara Kelantan Kecamatan Sungei Mandau Siak sangat menyambut baik.

Ia bersama anggota kelompok tani Usaha Makmur dengan anggota mencapai 300 kk memiliki 500 an hektar sawah. Dengan keberhasilan sawah padi Demplot organik ini, ia berharap dapat diterapkan ke seluruh anggota petani anggota Gapoktan Usaha Makmur.

"Dengan penerapan teknologi Mikroba Alfaafa, akan dapat meningkatkan produksi petani Gapoktan Usaha Makmur. Hal itu akan meningkatkan pendapatan petani padi di desa Muara Kelantan ini," harapnya. (R02)

Listrik Indonesia

#Bank Indonesia

Index

Berita Lainnya

Index