Refly Harun: Hapus Presidential Treshold, Majulah Anies, Ganjar, Khofifah atau Ridwan Kamil, Kalau Tidak ya Lu lagi Lu Lagi...

Refly Harun: Hapus Presidential Treshold, Majulah Anies, Ganjar, Khofifah  atau Ridwan Kamil, Kalau Tidak ya Lu lagi Lu Lagi...
Refly Harun

JAKARTA (RIAUSKY.COM)- Pengamat politik yang juga Guru Besar Hukum Tata Negara Refly Harun sejumlah nama politisi muda berpeluang muncul pada Pilpres 2024 yang akan datang. 

Untuk itu, dia mengajukan dua  hal yang harus dilakukan, yakni, Buang, hapuskan  presidetial treshold dan berikan kesempatan pada generasi-genarasi baru yang sedang mekar-mekarnya untuk bisa berkontestasi pada pilpres 2024.

Hal tersebut diungkapkannya pada channel Yuotube Refly Harun- Ulas Berita yang diposting pada Jumat (12/6/2020) lalu.

Dalam kesempatan itu, Refly mengulas berita tentang sikap PA212 Anggap Prabowo Tak Perlu Jadi Capres lagi pada 2024. 

Dalam ulasannya, Refly menyebutkan, tidak ada alasan untuk mempertahankan Presidential Treshold. Ini, dikatakan dia  hanya sarana untuk melimitasi, untuk menghilangkan dan menumbangkan penantang potensial di awal.

''Jadi ini justru  produk yang sangat kejam sangat inkonstitusional. Karena dia bisa menggergaji dan memotong calon-calon potensial. Dengan cara kartel politik bekerja, memborong semua partai politik, sehingga tidak menyisakan calon kecuali dua saja. Satu kartel besar dan satu kartel kecil,'' kata dia.  

Jadi dulu, kartel politik besarnya Jokowi-Ma'ruf amin dan kartel kecilnya Prabowo- Sandiaga Uno. 

''Nah saya pribadi tak menginginkan hal seperti itu lagi. Yang saya inginkan terbukanya kontestasi itu terbuka sebagai ciri demokrasi,'' imbuh dia. 

Dengan terbukanya kontestasi, dengan parpol yang ada, maka kalau peserta pemilu bisa mengusung calon presiden, maka 9 partai punya hak mengusung 9 calon presiden. 

''Saya berharap UU Pemilihan Umum ke depan tidak lagi mempertahankan Presidential treshold walaupun  ketentuan ini selalu ingin  dipertahankan partai-partei besar seperti Golkar, PDIP dan mungkin sekarang mau dipertahankan Gerindra juga,'' imbuh Refly.

''Harapan saya ada kesadaran untuk membongkar ini semua agar kontestasi lebih terbuka. Dengan kontestasi lebih terbuka, majulah Anies Baswedan, majulah Ganjar Pranowo, majulah Khofifah Indar Parawansa, Majulah Ridwan Kamil, majulah bibit-bibit lainnya, dari daerah ada Gubernur Sulawesi Selatan, termasuk ada pemimpin partai politik yang masih golden age, baik partai lama atau partai baru,'' lugasnya.

Dengan demikian, sambung dia,  kontestasi Pilpres ini menjadi kontestasi yang terbuka. Semua orang bisa bermimpi menjadi presiden tapi jangan lupa, akhirnya orang terbaiklah yang akan terpilih. 

Karena Pilpres kita menganut 2 round system. Walaupun di putaran pertama misalkan semua calon mendapatkan suara tidak ada yang mencapai 50 plus satu, tetapi pada putaran kedua suara sudah konsolidated. 

Head to head dua pasangan calon  akan memastikan calon mana yang akan didukung masyarakat atau pemilih terbanyak. 

Sepanjang itu prosedural, konstitusional tidak ada masalah berapapun dukungannya dan berapa yang berprartisipasi. 

''Tapi, membayangkan tidak, tahun 2024 calonnya lu lagi lu lagi. Bagaimana kalau 2024 Prabowo pun ingin mencalonkan diri lagi, ya kita tak bisa melarangnya. Yang penting terbuka kompetisinya, open competition,'' kata dia.

Jangan sampai, ulas Refly,  kemudian kita memilih prsiden dan wakil presiden karena tak ada stok lain. 

''Seperti 2014 kalau nggak jokowi Pranbowo, tahun 2019, sama orangnya. seperti ada kemandekan regenerasi.  Paling tidak 5 tahun kita mengalami kemandekan regenerasi. Mudah-mudahan, yah...saya tidak tahu ambisi manusia kan tidak terbatas. Tapi kan Pak Prabowo, sudah kalah tiga kali, sesungguhnya, bahkan empat  kali kalau dihitung 2004. 2004 kalah dalam konvensi Partai Golkar, 2009 kalah sebagai wapres berpasangan dengan ibu mega, 2014 kalah sebagai calon presiden, 2019 kalah sebagai calon presiden, masa 2024  ingin lagi?'' kata dia.

''Tapi kalau surveinya tertinggi, lantas kartel politik mempertahankan presidetial trashold, sehingga terjadi head to head, dengan skenario yang pernah secara liar saya katakan Probowo berpasangan dengan Puan Maharani, lalu melawan satu pasangan dari kartel kecil-- Karena kartel besarkan sekarang, hanya satu partai yang menyatakan oposisi, dua partai abu-abu. tapi enam partai besar lainnya sudah menyatu di istana.  Kalau konstelasi ini yang dipertahankan, lalu  yang di istana ini mencalonkan Prabowo-Puan Maharani misalnya 2P, lalu disini (kartel kecil) mencari pasangan lainnya, maka yang terjadi ya head to  head kembali, kalau kita bicara probabilitas menang, ya 50 persen kalau cuma dua calon,'' kata dia.

Karena itulah, tidak heran, siapapun yang bisa menjadi memimpin di kartel atau dimajukan oleh kartel politik besar tersebut berpikir bahwa pelung menang ini besar sekali. 

Sama seperti kemarin (2019), semua berlomba-lomba untuk menjadi calon presidennya Presiden Jokowi, karena mereka tahu mereka akan terpilih, dan ternyata  yang untung adalah Ma'ruf Amin.

Berikut video UBER Refly Harun yang diposting 21 jam yang lalu yang sudah disaksikan 293.000 viewer. 

 

(R04) 

Listrik Indonesia

Berita Lainnya

Index